Sabtu 11 May 2019 10:06 WIB

Israel Serang Warga Palestina Setelah Gencatan Senjata

Pasukan Israel menembak mati seorang warga Palestina di Gaza setelah gencatan senjata

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Para pengunjuk rasa Palestina di dekat perbatasan antara Israel dan Jalur Gaza, bagian timur Gaza, Jumat (22/02/2019).
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Para pengunjuk rasa Palestina di dekat perbatasan antara Israel dan Jalur Gaza, bagian timur Gaza, Jumat (22/02/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Pasukan Israel dilaporkan telah menewaskan seorang warga Palestina di Gaza saat demonstrasi digelar di perbatasan. Penembakan dilakukan oleh pasukan Israel, meski kesepakatan gencatan senjata dengan Palestina telah dicapai pada awal pekan ini. 

Kesepakatan tersebut sebelumnya dilakukan untuk mengakhiri pertempuran yang berlangsung selama dua hari berturut-turut, dengan adanya serangan roket yang ditembakkan Israel dan dibalas dengan ratusan serangan udara oleh militer Israel. Seorang pejabat senior Palestina di Gaza mengatakan Israel telah setuju untuk mengimplementasikan serangkaian tindakan dalam waktu satu minggu. Hal itu termasuk untuk mencabut pembatasan impor banyak barang ke Jalur Gaza, sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata.

Baca Juga

Pejabat itu juga mengatakan pada dasarnya perjanjian itu berfokus agar Israel melaksanakan ketentuan yang sebelumnya sudah disepakati. Namun, saat ini adalah pertama kalinya Israel berjanji untuk melakukannya meski hanya untuk satu pekan.

Hamas telah mengatakan bahwa bersedia untuk mengakhiri upaya perlawanan terhadap Israel. Hanya ada demonstrasi damai yang dilakukan di perbatasan, yang selama ini dilakukan oleh para warga Palestina. 

Tetapi, dalam aksi protes yang pertama kali dilakukan pasca-pertempiran pekan lalu tersebut, seorang warga Palestina bernama Abdullah Abd al-Aal tewas. Ia ditembak di bagian perut saat berada di dekat pagar perbatasan dengan Israel di timur Rafah, Jalur Gaza bagian selatan. 

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa sejak dimulainya aksi protes Great March of Return yang diselenggarakan setiap Jumat mulai pada tahun lalu itu telah membuat lebih dari 275 warga Palestina tewas dan 17 ribu lainnya terluka. Aksi protes yang tepatnya dimulai pada 30 Maret 2018 dilakukan untuk menuntut agar Palestina memiliki hak kembali ke tanah mereka yang diambil secara paksa dengan pendirian Israel pada 1948.

Dalam aksi protes terbaru ini, militer Israel mengatakan sekitar 6.000 orang mengambil bagian dalam demonstrasi. Ia menyatakan bahwa telah ada sejumlah ledakan yang diidentifikasi di Jalur Gaza, serta upaya mendekati pagar perbatasan. 

Demonstrasi kali ini juga dilihat sebagai ujian utama bagi Israel dalam kesepakatan gencatan senjata yang dilakukan dengan Palestina. Perjanjian tersebut telah dimediasi oleh Mesir dan PBB. 

Sebelumnya, PBB telah memperingatkan bahwa Gaza berada di ambang bencana kemanusiaan. Satu juta warga Palestina di wilayah itu terancam kelaparan. 

Selama 12 tahun terakhir, warga di Gaza, daerah sepanjang 25 mil yang menampung hampir dua juta orang di dalamnya telah menderita dengan berbagai pembatasan yang terjadi. Mereka hingga saat ini harus menghadapi blokade yang dilakukan tak hanya oleh Israel, namun juga Mesir. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement