REPUBLIKA.CO.ID, SURABAY -- Pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam menilai Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mempunyai jurus 'jaring laba laba' di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Surabaya 2020. Meski sebagai kader dan birokrat ia bisa jadi tak mengakar, namun hal itu bisa dikompensasi dari kinerjanya.
"Prestasi kerja yang memuaskan di atas 68 persen membuat tingkat kepuasan masyarakat Surabaya tinggi kepada Risma," kata Surokim di Surabaya, Sabtu ((11/5).
Tak heran, lanjut dia, jika pengaruh Wali Kota Risma dalam pilkada berdasarkan hasil survei yang dilakukan Surabaya Survey Center (SSC) per Februari 2019 bisa mencapai sembilan persen. Artinya siapa saja calon yang mendapat dukungan Risma otomatis mendapat tambahan angka elektabilitas sebesar sembilan persen.
Menurut dia, faktor keberhasilan ini biasanya memiliki daya sounding yang cukup signifikan ke DPP PDI Perjuangan dan pemegang otoritas PDI Perjuangan khususnya ketua umum. Hal itu yang membuat Risma selalu diperhitungkan dalam dinamika PDIP Kota Surabaya.
"Kendati samar-samar terdengar hubungan bu Risma dan bu Megawati tidak semesra sebelum Pilkada Jatim, tetapi DPP PDI Perjuangan selama ini juga menghitung hasil survei dan elektabilitas atas pilihan masyarakat tidak semata menghitung kader organik PDI Perjuangan," ujarnya.
Dua hal itu, menurut peneliti SSC ini, yang membuat pengaruh Risma dalam kontes Pilkada Surabaya mendatang tetap harus dihitung cermat dalam internal PDI Perjuangan Kota Surabaya. Jika kemudian Risma kalah dalam perebutan pengaruh calon di internal PDI Perjuangan Kota Surabaya, sebagai wali kota dua periode, Risma masih tetap menjadi magnitude tokoh yang memiliki relasi ke banyak pihak.
"Beliau masih bisa memainkan jurus jaring laba laba untuk masuk ke lintas partai," kata Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Universitas Trunojoyo ini.
Berbekal keberhasilan pembangunan lingkungan kota yang diakui banyak pihak, kata dia, legacy itu akan menjadi narasi ampuh yang butuh dilanjutkan oleh calon yang punya koneksi khusus ke beliau demi keberlanjutan.
Hal ini, menurut dia, yang membuat beberapa partai bisa tergiur membangun koalisi dengan Risma. Apalagi relasi itu potensial cair dan dinamis serta punya potensi kesetaraan koalisi membuat koalisi risma bisa kian mengiurkan.