Senin 13 May 2019 17:47 WIB

Perang Marj Dabiq: Pertempuran Menentukan Utsmaniyah

Di Dabiq, Utsmaniyah menaklukan Mamluk.

Red: Agung Sasongko
Peta kekuasaan Dinasti Mamluk.
Foto:

Pasukan yang dipimpin al-Ashraf telah bersiap untuk bertempur. Mereka maju ke medan perang. Pada Agustus 1516, mereka berbaris di padang rumput Dabiq, sebuah wilayah yang ditempuh satu hari perjalanan dari Halab (Aleppo). Di sana, mereka menunggu serangan musuh karena di dataran inilah takdir kerajaan akan ditentukan.

Dalam pertempuran itu, pasukan Turki Usmani Salim I sempat berpikir untuk mundur karena hampir kalah. Namun, keadaan berbalik. Setelah sempat keteteran, pasukan Turki Usmani justru balik unggul, baik dalam jumlah maupun artilerinya. Pasukan Mamluk pun dikalahkan oleh Turki Usmani.

Setelah kekalahan itu, orang-orang dari Mesir segera pergi menuju Damaskus karena pintu gerbang ke Aleppo telah ditutup untuk mereka. Dinasti Mamluk benar-benar terpuruk sebab Khalifah Al-Mutawakkil III dan beberapa Emir telah berpaling dan berpihak kepada Turki Usmani.

Al-Ashraf pun meninggal dalam pertempuran itu. Namun, ada beberapa beragam versi mengenai bagaimana al-Ashraf menemui ajalnya. Ada yang mengatakan bahwa Khayr Baig menyebarkan kabar kematian al-Ashraf ketika dalam perjalanan bersama orang Mesir.

Ada pula yang menyebutkan bawah al-Ashraf ditemukan masih hidup di medan perang, lalu kepalanya dipenggal dan dikubur agar tidak jatuh ke tangan musuh. Laporan dari pihak Turki Usmani menyebutkan, al-Ashraf dibunuh oleh seorang Turki yang seharusnya dihukum mati oleh Sultan Salim, namun akhirnya diampuni.

Sultan Salim I masuk ke Aleppo dengan kemenangan. Ia disambut oleh penduduk sebagai seorang pembebas dari pendudukan orang-orang Mamluk. Khalifah menyambutnya dengan sangat baik. Bersama Khayr Baig dan beberapa pegawai Mesir, Salim I beralih menuju Citadel.

Dari Halab (Aleppo), Salim I melakukan pawai kemenangan menuju Damaskus. Sebagian kalangan mengira, sepeninggal al-Ashraf, takhta kerajaan akan diduduki oleh Janberdi al-Ghazali, putranya. Namun, ketika pasukan Turki Usmani tiba, banyak dari mereka menyerahkan diri, namun tidak sedikit pula yang melarikan diri ke Mesir.

Salim I memasuki kota itu pada pertengahan Oktober. Para penduduk merasa senang. Mereka bersedia wilayahnya berada di bawah kendali dan kekuasaan Ottoman. Kesultanan Turki Usmani menguasai wilayah itu selama tiga abad.,

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement