Sabtu 18 May 2019 12:39 WIB

Redpel Republika Sampaikan Perkembangan Media di Bogor

Perkembangan dunia digital berimbas pada banyak bermunculannya media baru.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Gita Amanda
Redaktur Pelaksana Harian Republika, Subroto.
Foto: Republika/ Wihdan
Redaktur Pelaksana Harian Republika, Subroto.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Perkembangan dunia digital saat ini berimbas pada tersedianya media pemberitaan dalam beragam platform. Tak heran jika hampir banyak media konvensional kini juga memiliki versi daringnya demi menjawab tuntutan zaman.

Hal ini disampaikan Redaktur Pelaksana Harian Republika, Subroto dalam seminar jurnalistik di Universitas Ibnu Khaldun, Bogor, Sabtu (18/5). Subroto mengatakan perkembangan media daring khususnya saat ini, menjadi disrupsi yang menuntut media cetak banyak tutup dan beralih ke daring.

Baca Juga

Maka solusi yang banyak diambil media konvensional adalah tidak hanya memiliki satu platform saja. Namun Subroto menegaskan, media konvensional tidak akan mati jika pemberitaannya tetap berimbang.

Meskipun dari 268 juta jiwa di Indonesia, dengan pengguna media daring yang setiap harinya lebih dari 130 juta jiwa, tak dipungkiri tentu semua media akan mengembangkan platform daringnya. Tapi Subroto optimistis media konvensional seperti koran akan tetap bertahan.

Ia mencontohkan, ketika sebelum adanya televisi sempat ramai beredar kabar yang mengatakan kehadiran televisi nantinya akan membuat media cetak dan radio akan hilang. Namun kenyataanya sudah puluhan tahun media konvensional tetap ada.

"Media baru tidak akan membunuh media lama karena setiap media juga punya kelebihan masing-masing, yang tidak dimiliki media lainnya," ujarnya.

Buktinya radio masih tetap diminati hingga saat ini. Banyak para pengguna kendaraan sangat tertolong dengan keberadaan radio. "Karena pendengar yang juga mengendarai mobil pasti bosan kalau sepi," kata Subroto.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاتَّبَعُوْا مَا تَتْلُوا الشَّيٰطِيْنُ عَلٰى مُلْكِ سُلَيْمٰنَ ۚ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمٰنُ وَلٰكِنَّ الشَّيٰطِيْنَ كَفَرُوْا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَآ اُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ وَمَارُوْتَ ۗ وَمَا يُعَلِّمٰنِ مِنْ اَحَدٍ حَتّٰى يَقُوْلَآ اِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۗ فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُوْنَ بِهٖ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهٖ ۗ وَمَا هُمْ بِضَاۤرِّيْنَ بِهٖ مِنْ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَيَتَعَلَّمُوْنَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۗ وَلَقَدْ عَلِمُوْا لَمَنِ اشْتَرٰىهُ مَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۗ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia yaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir.” Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu.

(QS. Al-Baqarah ayat 102)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement