REPUBLIKA.CO.ID, MANAUS -- Pejabat keamanan penjara Brasil mengatakan sembilan orang tahanan yang diduga memerintahkan pembunuhan di beberapa penjara pekan lalu telah dipindahkan ke penjara yang lebih ketat. Pemindahan ini dilakukan dua hari setelah 55 tahanan tewas dalam kerusuhan di beberapa penjara di Manaus.
Pihak berwenang segera melakukan tindakan tertentu mencegah kekerasan kembali terjadi. Perkelahian antara tahanan di mulai pada Sabtu (25/5) di komplek penjara di Manaus, ibu kota sebelah utara negara bagian Amazon.
Menteri penjara negara bagian mengatakan tahanan yang tewas karena perkelahian yang dilakukan salah satu kelompok penjahat. "Para korban tewas adalah anggota kelompok itu, yang terlibat penyeludupan narkoba," kata menteri tersebut dalam pernyataannya, seperti dikutip dari Fox News, Rabu (29/5).
Menteri itu tidak menjelaskan lebih lanjut tentang perpecahan antarkelompok penjahat tersebut. Dalam komplek penjara Manaus, petugas keamanan menjalankan protokol darurat dan dalam 45 menit situasi berhasil dikendalikan.
Tapi 15 tahanan terbunuh entah karena dicekik atau ditikam dengan senjata buatan tangan, seperti sikat gigi yang diruncingkan. Satu hari kemudian, perkelahian terjadi di tiga penjara lainnya di kota yang sama.
Sebanyak 40 orang tahanan tewas dan mendorong pemerintah federal mengirimkan pasukan khusus. Pasukan itu diterjunkan untuk menghindari skenario yang pernah terjadi pada Januari 2017. Saat itu, ada 120 tahanan tewas dalam kerusuhan di penjara.
Pihak berwenang mengatakan sembilan orang tahanan yang dipindahkan ke penjara yang lebih ketat diyakini sebagai orang-orang yang memerintahkan pembunuhan tersebut. Sebagai tindakan pencegahan, 200 tahanan lainnya dipindah ke sel yang lain.
Di saat polisi mengintervensi dengan memisahkan dua orang tahanan yang dianggap berbahaya, dua tahanan lainnya ditembak karena mencoba menyandera staf penjara. "Saat pasukan maju, mereka (para tahanan) mencekik orang-orang yang ada di dalam sel mereka," kata Kepala Polisi Penjara Negara Bagian Kolonel Vinicius Almeida.
Saat ini, keluarga dari para tahanan berkumpul di luar penjara, menunggu kabar tentang keluarga mereka yang ada di dalam. Beberapa orang yang berada di luar Puraquequara Prison Unit (UPP) mengatakan mereka mendengar teriakan dan suara minta tolong dari dalam penjara pada Senin (27/5) malam.
"Saya akan tetap berada di sini sampai saya mendengar sebuah kabar," kata Ediane Costa Soares (38 tahun) yang putranya Anderson Soares de Souza (19) menjadi salah satu tahanan di UPP.
Nama putranya tidak masuk dalam daftar korban. Tapi Costa Soares ingin memastikan kondisi anaknya setelah kerusuhan tersebut. "Mereka tidak memberitahu kami apa-apa," katanya.
Pada Ahad lalu ada 15 tahanan yang tewas komplek Penjara Anisio Jobim. Tempat yang sama dimana kekerasan brutal terjadi dua tahun yang lalu. Kerusuhan yang menewaskan 56 orang tahanan.
Penyelundup narkoba dan kelompok kejahatan lainnya di Brasil menjalankan bisnis mereka di penjara. Mereka sangat berpengaruh di sana. Kerusuhan 2017 terkait perang antar-gang. Memicu pemerintah meningkatkan usaha mereka memisahkan kelompok-kelompok penjahat tersebut dan sering memindahkan para tahanan.