REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Iran dituding menjadi dalang di balik serangan terhadap empat kapal tanker di perairan Uni Emirat Arab (UEA) pada bulan lalu. Hal itu didasarkan pada hasil penyelidikan awal yang dilakukan Arab Saudi, UEA, Norwegia.
"Kami yakin tanggung jawab atas serangan ini ada di pundak Iran," kata Duta Besar Saudi untuk PBB Abdallah al-Mouallimi seusai mempresentasikan hasil penyelidikan awalnya kepada Dewan Keamanan PBB seperti dikutip laman the Guardian, Jumat (7/6).
Dalam laporan itu disebutkan bahwa empat kapal tanker yang menjadi target kemungkinan besar diserang menggunakan ranjau limpet. Ranjau tersebut secara magnetis melekat pada lambung kapal masing-masing.
Menurut laporan awal ketiga negara, ranjau ditempel oleh penyelam terlatih yang dikerahkan dari kapal cepat. Ranjau ditempatkan segera setelah kapal berlabuh.
UEA percaya dibutuhkan informasi intelijen tingkat tinggi untuk melakukan serangan semacam itu. Sebab pengetahuan yang mendetail tentang desain kapal diperlukan untuk meledakkan ranjau tanpa menenggalamkan kapal.
Saudi menyatakan bahwa serangan terhadap empat kapal tanker tersebut mempengaruhi keselamatan navigasi internasional dan keamanan pasokan minyak dunia. Oleh sebab itu, peristiwa tersebut membutuhkan respons dari Dewan Keamanan PBB.
Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Vladimir Safronkov mengatakan, belum ada bukti yang cukup dan valid untuk mengaitkan Iran dengan sabotase empat kapal tanker di perairan UEA. "Kita tidak harus langsung mengambil kesimpulan. Investigasi ini akan dilanjutkan," ujar Safronkov.
Iran sendiri menyikapi laporan awal Saudi, UEA, dan Norwegia secara dingin. Sebelumnya Teheran memang telah berulang kali membantah terlibat dalam aksi sabotase empat kapal tanker di perairan UEA. Empat kapal itu, dua di antaranya milik Saudi, kemudian sisanya kepunyaan UEA dan Norwegia.