Senin 10 Jun 2019 14:45 WIB

4 Meninggal dalam Pemogokan Hari Pertama di Sudan

Korban meninggal akibat serangan pasukan keamanan Sudan.

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Toko-toko tutup di hari pertama pemogokan umum di kawasan bisnis di Khartoum, Sudan, Ahad (9/6).
Foto: AP Photo
Toko-toko tutup di hari pertama pemogokan umum di kawasan bisnis di Khartoum, Sudan, Ahad (9/6).

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Pemogokan umum yang berlangsung di Sudan, sebagai bentuk protes oposisi kepada Dewan Transisi Militer (TMC) telah memakan korban, Ahad (9/6). Sebanyak empat orang dilaporkan tewas akibat serangan yang diluncurkan pasukan keamanan.

Menurut dokter dari Komite Sentral Sudan, jumlah korban tewas secara keseluruhan meningkat menjadi 118 orang. Korban terbaru adalah diantaranya seorang pria berusia 20 tahun akibat terkena tembakan di bagian dada.

Baca Juga

Saat itu, militer melepaskan tembakan untuk mengendalikan pemogokan umum yang berlangsung di Sudan. Sebelumnya, tim dokter mengatakan ada dua orang yang meninggal di rumah sakit militer akibat dipukul dan ditikam oleh pasukan keamanan, serta satu orang lainnya telah meninggal karena ditembak.

Pada Senin (10/6), Asosiasi Profesional Sudan (SPA) melaporkan sejumlah pihak yang berpartisipasi dalam pemogokan umum. SPA mengatur pemogokan oleh seluruh bank, pelabuhan, serta rumah sakit. Selain itu, 90 persen lainnya berasal dari Kementerian Pertanian dan Kementerian Pendidikan.

Pemogokan umum pertama kali diumumkan untuk dilaksanakan pada 3 Juni lalu. Hal itu dilakukan setelah pasukan pemerintah membubarkan aksi protes yang dilakukan selama beberapa pekan di luar markas militer di Ibu Kota Khartoum dan mengakibatkan puluhan orang tewas, serta ratusan lainnya terluka.

Sejak itu, oposisi menyerukan kepada  publik untuk melakukan pemogokan umum yang akan dimulai pada Ahad, sebagai hari kerja pertama setelah liburan Idul Fitri. Namun, satu hari sebelumnya, yaitu Sabtu (8/6), SPA memperingatkan publik militer telah menangkap aktivis dan pengunjuk rasa politik dalam upaya mematahkan pembangkangan sipil yang direncanakan dan pemogokan politik umum.

Menurut asosiasi tersebut, militer juga berencana menyerang warga dan properti mereka. Karena itu, SPA memperingatkan upaya pembangkangan sipil dan pemogokan politik umum dipatuhi.

"Dalam menghadapi perkembangan bencana dan represif ini, kami menyerukan kepada para pekerja di semua lembaga dan fasilitas, di sektor publik dan swasta, untuk terlibat dan secara ketat mematuhi alat pembangkangan sipil dan pemogokan politik umum," ujar SPA dalam sebuah pernyataan, dilansir UPI, Senin (10/6).

SPA juga mengatakan pemogokan umum akan berakhir ketika TMC melepaskan kekuasaan. Saat ini, pemadaman jaringan internet masih dilakukan di Sudan dan telah berlangsung selama hampir satu pekan.

Dalam sebuah laporan, penyelenggara pemogokan mengirimkan pesan melakukan pesan teks kepada masyarakat agar tetap berada di rumah. Mereka juga diminta melakukan aksi protes secara damai.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement