Rabu 12 Jun 2019 16:42 WIB

Pasang Surut Hubungan Donald Trump dan Kim Jong-Un

Hubungan Dondal Trump dengan Kim Jong-un ternyata turun naik.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Muhammad Subarkah
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un (Depan Kiri) dan Presiden AS, Donald Trump (Depan Kanan)
Foto: VOA
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un (Depan Kiri) dan Presiden AS, Donald Trump (Depan Kanan)

REPUBLIKA, SEOUL -- Hubungan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un telah mengalami pasang surut. Kedua pemimpin negara ini bertemu pertama kalinya dalam sebuah pertemuan puncak bersejarah pada 12 Juni 2018 di Singapura.

Pertemuan pertama tersebut membahas mengenai denuklirisasi di Semenanjung Korea, namun belum mencapai kesepakatan. Kemudian, Trump dan Kim mengadakan pertemuan kedua pada Februari 2019 di Hanoi. Pertemuan kedua ini diharapkan dapat menemukan titik terang dan kesepakatan yang konkret tentang denuklirisasi.

Akan tetapi, negosiasi pada pertemuan kedua juga mengalami jalan buntu. Kini Trump dan Kim belum memutuskan langkah selanjutnya untuk menyelesaikan kebuntuan tersebut.

Di tengah kebuntuan tersebut, belum lama ini Korut melakukan uji coba rudal jarak pendek dan mengeluhkan tentang tekanan serta sanksi AS. Banyak pihak menyebut, uji coba rudal jarak pendek ini merupakan gertakan dari Korut untuk AS. Sementara, AS menanggapinya dengan meningkatkan penerapan sanksi terhadap Korut.

Pada Selasa (11/6) lalu, Wall Street Journal melaporkan, saudara seayah Kim, yakni Kim Jong-nam merupakan agen intelijen CIA. Kim Jong-nam yang terbunuh di Malaysia pada 2017, dilaporkan telah bertemu dengan sejumlah operator intelijen AS dalam beberapa kesempatan.

"Ada hubungan antara agen mata-mata AS dan Kim," ujar Wall Street Journal dalam laporannya, mengutip dari seorang narasumber yang enggan disebutkan namanya.

Pada Februari 2017, Kim dilaporkan telah dibunuh menggunakan racun VX yang menyerang saraf, di Bandara Internasional Kuala Lumpur. Wall Street Journal melaporkan, Kim Jong-un bepergian ke Malaysia untuk bertemu dengan salah satu agen CIA. Adapun, Kim Jong-un diketahui telah tinggal di luar Korut selama bertahun-tahun.

Menanggapi laporan Wall Street Journal tersebut, Presiden Trump mengatakan, dia tidak akan membiarkan CIA merekrut Kim Jong-nam. Trump tidak mengkonfirmasi atau menyangkal laporan bahwa Kim Jong-nam telah bekerja sama dengan CIA sebelum dibunuh di Malaysia pada 2017. Trump menegaskan, dia tidak tahu apa-apa mengenai hal itu.

"Hubungan yang sedemikian itu tidak akan terjadi di bawah naungan saya. Saya tidak tahu tentang itu. Tidak ada yang tahu," ujar Trump dilansir CNN.

Keterlibatan Kim Jong-un dalam operasi CIA juga dijelaskan di sebuah buku berjudul "The Great Successor" yang ditulis oleh wartawan Washington Post, Anna Fifield. CIA menolak berkomentar mengenai keterlibatan Kim Jong-nam dalam institusinya.

Diketahui, Trump menjabat sebagai presiden beberapa pekan sebelum kematian Kim Jong-nam. Beberapa kali Trump menegaskan bahwa dirinya tidak mengetahui keterlibatan adik seayah dari pemimpin Korut tersebut.

Pasukan keamanan Korut sebagian besar tertutup dari dunia luar. Mereka dianggap sebagai "target keras" oleh komunitas intelijen AS, karena sulit merekrut agen dari Korut. Di sisi lain, apabila intelijen AS merekrut agen dari Korut, maka dapat mengancam keamanan regional dan AS.

"Presiden harus memahami bahwa untuk menjaga keamanan negara, CIA perlu dapat melakukan tugasnya mengumpulkan dan menganalisis intelijen yang akan mendukung berbagai kebijakan dan inisiatif diplomatik, militer, dan ekonomi," ujar mantan pejabat senior intelijen AS yang beroperasi di Asia Timur, Jung H.Pak.

Washington berusaha membangun kembali momentum dengan Pyongyang setelah mengalami kebuntuan negosiasi mengenai masalah nuklir. Pada Selasa (11/6) lalu, Trump menerima surat dari Kim. Menurut Trump, surat tersebut menjadi penanda tentang akan adanya peristiwa positif.

Saya memang menerima surat yang indah dari Kim Jong-un. Saya menghargai surat itu. Surat yang sangat hangat, sangat bagus,” kata Trump.

Trump mengatakan, Kim sejauh ini menepati janjinya untuk tidak menguji rudal balistik jarak jauh atau melakukan uji coba nuklir. "Dia menepati janjinya padaku. Itu sangat penting, " kata Trump.

sumber : reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement