REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) mengharapkan para orang tua agar ikut membantu meningkatkan pendidikan seksualitas kepada anak-anak. Dengan demikian, anak-anak memiliki integritas diri.
"Sejak kecil, anak-anak harus diberikan edukasi seksualitas, kenapa tidak boleh atau dilarang melakukan ini dan itu, apa yang harus dilakukan dan dijaga, supaya mereka punya integritas diri, tahu ada bagian penting dari tubuhnya yang tidak boleh dipegang orang lain atau diekspos," kata Sekretaris Jenderal LPAI Henny Hermanoe saat dihubungi di Jakarta, Ahad (16/6).
Dia mengatakan prihatin terhadap peristiwa di mana ada siswa-siswi yang mengenakan seragam SMK di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, melakukan hubungan seks di dalam kelas. Kejadian tersebut beredar melalui video viral di whatsapp dan youtube.
Henny menuturkan pendidikan seksualitas harus diajarkan kepada anak sejak dini agar anak-anak tahu bagaimana berperilaku dan berperan sesuai dengan gendernya. Selain itu, anak-anak memahami perilaku seksual yang seharusnya dilakukan, memahami kesehatan dan perkembangan reproduksi, memahami hubungan lelaki dan perempuan serta batasan-batasan yang tidak boleh diabaikan.
"Kami mengimbau orang tua, mari kita mulai menjaga anak, memberikan edukasi seksualitas kepada anak, tidak hanya orang tua tapi orang-orang di sekitar anak juga berkewajiban melindungi anak-anak," ujarnya.
Namun, Henny mengatakan pembicaraan tentang pendidikan seksualitas kepada anak masih dianggap tabu oleh sebagian orang tua, padahal pendidikan itu menjadi penting sebagai bekal pengetahuan untuk memahami dan menjaga diri. "Yang terjadi adalah orang tua tabu berbicara seks kepada anak, alhasil anak-anak belajar seks dari anak-anak yang orang tuanya juga tabu berbicara seks," tuturnya.
Karena itu, ia berharap orang tua tidak menganggap pembicaraan tentang seksualitas menjadi sesuatu yang tabu. Namun, pembicaraan mengenai seksualitas merupakan pendidikan bagi anak-anak agar mereka memahami apa yang baik dan harus dilakukan serta yang tidak boleh dilakukan untuk menjaga diri mereka.
Anak-anak harus diarahkan untuk melakukan kegiatan positif baik dalam kegiatan ekstrakulikuler maupun karang taruna di lingkungan masyarakat. "Pada usia SMP, SMA, SMK, gejolak seks tumbuh sejalan dengan berkembangnya alat reproduksi anak, sehingga perlu pendidikan seksualitas dan pengawasan. Orang tua harus mulai berbicara terbuka tentang seksualitas kepada anak-anak," tuturnya.