REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pemerintah Israel berencana menghadiri konferensi yang dipimpin Amerika Serikat (AS) di Bahrain. Konferensi tersebut diadakan berkaitan dengan peningkatan perekonomian Palestina dan merupakan bagian dari rencana perdamaian kedua negara.
"Israel akan berada dalam konferensi di Bahrain sehingga semua kebutuhan akan dipersiapkan," kata Menteri Luar Negeri Israel Katz seperti dilansir laman Reuters, Senin (17/6).
Namun, Katz tidak mengungkapkan perwakilan yang akan menghadiri konferensi tersebut. Kendati, melalui akun Twitter-nya, dia memastikan bahwa kemampuan teknologi dan inovasi Israel akan sangat menguntungkan pembangunan di wilayah tersebut.
Pemerintah AS menginisiasi konferensi tersebut dan menilai pertemuan itu dilakukan guna meningkatkan perekonomian Palestina. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari upaya Presiden AS Donald Trump untuk mengatasi konflik Israel-Palestina.
Berdasarkan informasi yang diterima Reuters, Israel tidak akan mengirimkan pejabat pemerintah. Mereka hanya akan mengirim delegasi bisnis ke dalam kegiatan yang akan diadakan pada 25-26 Juni nanti.
AS mengatakan, konferensi itu akan mengundang menteri ekonomi dari berbagai negara guna membicarakan kemungkinan investasi di Palestina. Pejabat Gedung Putih mengungkapkan jika Mesir, Yordania, dan Maroko merupakan negara yang dipastikan menghadiri konferensi tersebut.
Partisipasi ketiga negara itu juga dinilai penting mengingat kedekatan historis mereka dalam upaya perdamaian di Timur Tengah. Ketiganya juga merupakan negara Arab yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Pemerintah Palestina diketahui telah memboikot konferensi tersebut. Mereka menyalahkan AS atas terhentinya bantuan ekonomi hingga pendudukan ilegal Israel dan aneksasi Yerusalem Timur.