REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Anggota Parlemen Iran meneriakkan "Matilah Amerika" dalam sidang Parlemen pada Ahad (23/6). Teriakan itu keluar setelah ketua parlemen menuduh Amerika Serikat sebagai teroris sesungguhnya di dunia, di tengah meningkatnya ketegangan Teheran dan Washington.
Presiden AS Donald Trump pada Jumat (21/6) mengatakan ia membatalkan serangan militer untuk membalas penembakan "drone" milik Amerika. Trump juga mengisyaratkan terbuka untuk berbicara dengan Teheran.
Ketegangan antara Iran dan AS meningkat setelah Teheran menembak jatuh pesawat tanpa awak milik AS. Iran pada Sabtu menyatakan akan menanggapi dengan tegas setiap ancaman terhadap negeri itu.
"Amerika adalah teroris sesungguhnya di dunia dengan menyebarkan kekacauan di berbagai negara, memberikan senjata canggih kepada kelompok teroris, mengakibatkan ketidakamanan, dan masih mengatakan, 'Datanglah, mari berunding'," kata Wakil Ketua Parlemen Iran Masoud Pezeshkian, pada awal sidang yang disiarkan langsung oleh radio negara.
"Matilah Amerika," demikian teriakan banyak anggota Parlemen, sebagaimana dilaporkan Reuters.
Teriakan itu sering diulang sejak Revolusi Islam 1979 --yang menggulingkan Shah Iran, dukungan AS. Beberapa pekan sebelumnya Trump mengatakan di dalam satu wawancara televisi AS, "Mereka (rakyat Iran) belum meneriakkan ''matilah Amerika'' belakangan ini.