Rabu 26 Jun 2019 23:15 WIB

Din Syamsuddin Minta Unjuk Rasa Tidak Anarkis

Din Syamsuddin menyebut pendapat berunjuk rasa dijamin oleh konstitusi.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Istiqomah Menjaga Semangat Ramadhan. Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menyampaian tausiyah saat syawalan keluarga besar UAD di Yogyakarta, Rabu (12/6/2019).
Foto: Republika/ Wihdan
Istiqomah Menjaga Semangat Ramadhan. Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menyampaian tausiyah saat syawalan keluarga besar UAD di Yogyakarta, Rabu (12/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendekiawan Muslim Din Syamsuddin menyatakan siapapun organisasi masyarakat (ormas) atau kelompok masyarakat manapun yang ingin berunjuk rasa, maka itu adalah haknya. Menurutnya, mereka punya hak konstitusional dan tidak ada yang boleh menghalangi.

"Itu hak konstitusi, dijamin oleh konstitusi untuk bebas berpendapat. Oleh karena itu sah-sah saja, pesan saya jangan anarkis saja," ujar ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia ini, di kantor MUI Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (26/6).

Baca Juga

Din menambahkan, jika ada kelompok masyarakat yang berdemonstrasi, aparat kepolisian tidak boleh menghadapinya dengan represif. Sebab tindakan represif ini sering berujung anarkis. Polisi pun tidak bisa melarang masyarakat berunjuk rasa karena ini bila dilakukan maka inkonstitusional.

"Hak menyampaikan pendapat berunjuk rasa dijamin oleh konstitusi, maka jangan ada yang menghalanginya. Syaratnya jangan anarkis, supaya tidak anarkis, kedua belah pihak menahan diri, aparat juga jangan represif, kalau represif nanti menimbulkan bentrokan," ucapnya.

Din juga berpesan kepada siapapun presiden yang terpilih nanti agar mengutamakan seluruh lapisan masyarakat. Presiden terpilih harus juga merangkul kelompok masyarakat yang tidak memilihnya pada momen pemilihan umum.

"Jangan sampai nanti pemangku amanat siapa pun mereka, hanya berbuat untuk pemilihnya sendiri. Itu yang sering terjadi, dan selalu merugikan, menyudutkan, bahkan mendiskreditkan rakyat indonesia yang kebetulan tidak memilihnya waktu pemilu," ucapnya.

Din juga berharap Mahkamah Konstitusi menjadi lembaga hukum yang menegakkan keadilan secara berkeadilan. Menurut dia, jangan sampai rasa keadilan itu terbaikan dan MK tidak boleh bermain-main dengan rasa keadilan rakyat.

"Tapi kalau menurut kapasitas hakim MK menegakkan keadilan dalam memutuskan, namun kita merasa belum adil, namanya itulah resikonya, itulah realitas dalam kehidupan kita, maka jadilah pelajaran bagi yang merasa dirugikan dan juga harus menjadi catatan bagi yang dinyatakan pemenang, dia naik bukan tanpa catatan," tutur dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement