Jumat 28 Jun 2019 14:41 WIB

Mengenal Warisan Intelektual Ibnu Haitham

Sejarah mencatat salah satu peletak dasar ilmu fisika optik adalah Ibnu Haitham

Ibnu Haitham (ilustrasi).
Foto: Muslim-academy.com
Ibnu Haitham (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sejarah mencatat salah satu peletak dasar ilmu fisika optik adalah sarjana Muslim Ibnu al-Haitham atau yang dikenal di Barat dengan sebutan Alhazen, Avennathan, atau Avenetan.

Ilmuwan besar yang bernama lengkap Abu Ali al-Hasan ibnu al-Haitham al-Basri al-Misri ini lahir di Basrah, Irak, pada 965 M. Ia mengecap pendidikan di Basrah dan Baghdad.

Alhazen tidak hanya menguasai fisika atau ilmu optik, tapi juga filsafat, matematika, dan obat-obatan atau farmakologi. Tidak kurang, 200 karya ilmiah mengenai berbagai bidang itu dihasilkan Ibnu Haitham sepanjang hidupnya.

Menurut Philip K Hitti, tulisan-tulisan Ibnu Haitham mengenai berbagai persoalan optik membuka jalan bagi para peneliti optik Barat dalam mengembangkan disiplin ilmu ini secara lebih luas.

Sejawaran terkemuka Amerika, George Sarton, mengumpulkan karya-karya Ibnu Haitham dalam bukunya yang berjudul Introduction to the Study of Science. Buku ini menjadi bacaaan wajib bagi mereka yang mencintai ilmu.

Berikut tiga di antara warisan intelektual Ibnu Haitham:

Optik

Karya utamanya tentang optik, naskah aslinya dalam bahasa Arab hilang. Tapi, terjemahnnya dalam bahasa latin masih ditemukan. Ibnu Haitham mengoreksi konsep Ptolemeus dan Euclides tentang penglihatan.

Bukunya tentang optik, kitab al-Manazir diterjemahkan ke dalam bahsa latin oleh F Risner dan diterbitan di Basle pada 1527 M. Karyanya ini bersama karya-karya optik lainnya sangat memengaruhi ilmuwan abad pertengahan. Seperti, Roger Bacon, Johannes Keppler, dan Pol Witello. Diyakini, banyak karya-karya monumental dari mereka diilhami dari hasil ekperimen yang dilakukan Ibnu Haitham.

Eksprimen Lensa

Untuk semua eksperimen lensa, Ibnu Haitham membuat sendiri lensa dan cermin cekung melalui mesin bubut yang dimilikinya. Eksperimennya yang tergolong berhasil saat ia menemukan titik fokus sebagai tempat pembakaran terbaik. Saat itu, ia berhasil mengawinkan cermin-cermin bulat dan parabola. Semua sinar yang masuk dikonsentrasikan pada sebuah titik fokus, sehingga menjadi titik bakar.

Metode Kamar Gelap

Selain masalah cahaya dan atmosfer, Ibnu Haitham juga banyak melakukan eksperimen mengenai kamera obscura atau metode kamar gelap, gerak rektilinear cahaya, sifat bayangan, penggunaan lensa, dan beberapa fenomena optikal lainnya.

Metode kamar gelap atau kamera obscura dilakukan Ibnu Haitham saat gerhana bulan terjadi. Kala itu, ia mengintip citra matahari yang setengah bulat pada sebuah dinding yang berhadapan dengan sebuah lubang kecil yang dibuat pada tirai penutup jendela.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement