REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Ratusan pemrotes berkumpul di gedung parlemen Hong Kong, Senin (1/7) malam. Mereka merusak potret anggota parlemen dan menuliskan slogan-slogan pro-demokrasi di tempat itu.
Polisi antihuru-hara membersihkan jalan-jalan di sekitar gedung legislatif dari demonstran dengan gas air mata, dan kemudian masuk ke dalam gedung. Pendudukan selama tiga jam itu berakhir pada Selasa (2/7) pagi. Ini terjadi pada peringatan 22 tahun kembalinya Hong Kong ke Cina.
Tindakan itu mencerminkan frustrasi yang meningkat terhadap pemimpin Hong Kong, karena tidak menanggapi tuntutan para pemrotes setelah beberapa pekan demonstrasi. Protes dipicu oleh upaya pemerintah mengubah undang-undang ekstradisi untuk memungkinkan tersangka dikirim ke China untuk diadili.
Para pengunjuk rasa menghantam jendela-jendela kaca tebal sampai hancur, kemudian membuka gerbang keamanan baja. Polisi awalnya mundur ketika para demonstran masuk, menghindari konfrontasi, dan mereka lari ke dalam gedung.
Demonstran berdiri di atas meja anggota parlemen dan mencoret-coret dengan cat semprot di atas lambang wilayah di dinding. Kerumunan itu juga menulis slogan-slogan yang menyerukan pemilihan demokratis pemimpin kota dan mengecam undang-undang ekstradisi. Banyak yang memakai helm kuning dan putih, masker wajah dan kaus hitam yang telah menjadi seragam mereka.
Polisi kemudian mengumumkan mereka akan segera bergerak. Seorang juru bicara sebelumnya menyiarkan peringatan pasukan yang sesuai akan digunakan untuk menangani pemrotes.
Petugas mendekati tak lama setelah tengah malam, dan memasuki ruangan legislatif setelah pengunjuk rasa sudah pergi. Tidak ada berita segera tentang penangkapan atau cedera apa pun.
Tindakan itu mendorong para penyelenggara pawai damai terpisah untuk mengubah titik akhir protes mereka dari legislatif ke taman terdekat. Ini terjadi setelah polisi meminta mereka membatalkannya atau mengubah rute.
Polisi ingin pawai berakhir lebih awal di distrik Wan Chai. Akan tetapi penyelenggara mengatakan akan banyak orang yang berencana bergabung di sepanjang jalan. Polisi memperkirakan 190 ribu orang bergabung dalam pawai damai. Sementara penyelenggara memperkirakan jumlahnya sekitar 550 ribu.
Aturan ekstradisi telah meningkatkan kekhawatiran akan mengikis kebebasan di wilayah tersebut. Perdebatan tentang tindakan itu telah ditunda tanpa batas waktu. Para pengunjuk rasa ingin RUU ditarik secara resmi dan pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, mengundurkan diri.