Rabu 03 Jul 2019 12:43 WIB

Anies: Harga Listrik Hasil ITF Proses Finalisasi

Mengacu Perpes harga jual listrik ITF ke PLN pada angka 11,8 sen dolar AS per kwh.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Gita Amanda
Warga beraktivitas di dekat truk pengangkut sampah di area proyek Fasilitas Pengolahan Sampah Terpadu atau Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter, Jakarta, Selasa (12/2/2019).
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warga beraktivitas di dekat truk pengangkut sampah di area proyek Fasilitas Pengolahan Sampah Terpadu atau Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter, Jakarta, Selasa (12/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta tengah membangun pengelolaan sampah dengan konsep Intermediate Treatment Facility (ITF). Pengolahan sampah melalui ITF akan menghasilkan energi listrik dari pembakaran sampah yang diklaim ramah lingkungan.

Listrik yang diproduksi tersebut akan dijual ke Perusahaan Listrik Negara (PLN). Menurut Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengatakan, besaran harga listrik yang akan dijual masih dalam tahap penyelesaian.

Baca Juga

"Beberapa kesepakatan ini masih dalam tahap finalisasi. Tapi terkait dengan harga jual ini kita semua terikat dengan Perpres," ujar Anies di Balai Kota, Jakarta Pusat, Selasa (2/7).

Ia menjelaskan, harga jual listrik itu mengacu pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018 tentang percepatan pembangunan instalasi pembuangan sampah menjadi energi listrik berbasis teknologi ramah lingkungan. Di Perpres itu diatur bahwa harga jual listrik ke PLN itu pada angka 11,8 sen AS dolar per kwh.

Sebelumnya, Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengatakan, penjualan listrik menjadi pendapatan untuk PT Jakarata Propertindo (Jakpro) dan mitranya selama masa konsesi 25 tahun beroperasi. Saat ini besaran nilai Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL) atau Power Purchase Agreement (PPA) sedang dikaji Feasibility Study atau studi kelayakannya oleh PT Jakpro.

Selain itu dilakukan juga koordinasi bersama dengan pihak PLN dan Kementerian ESDM. "Besaran nilai PPA/PJBL sedang dikaji FSnya oleh Jakpro, dan saat ini paralel dirapatkan dengan pihak PLN dan ESDM," kata Andono.

Ia memaparkan, banyak komponen dalam menetapkan harga listrik dan menjadi kesatuan dalam kajian studi kelayakannya. Ia menyebut seperti jumlah output listrik rata-rata yang dihasilkan, standardisasi harga listrik, dan lain sebagainya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement