Kamis 04 Jul 2019 18:23 WIB

Polri Beberkan Investigasi Kerusuhan 21-23 Mei Pekan Depan

Penyidik Polri membagi hasil investigasi ke empat bagian sesuai peran pelaku.

Rep: Bambang Noroyono / Red: Ratna Puspita
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo
Foto: Antara/Reno Esnir
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri menyatakan telah merampungkan investigasi kerusuhan 21-23 Mei 2019 di Jakarta. Namun, Polri akan mengumumkan hasil penyelidikan bentrok rakyat versus Brimob itu pada pekan mendatang.

Juru Bicara Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, saat ini tim investigasi Polri menunggu hasil serupa dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) sebelum disampaikan resmi di hadapan publik. “Mungkin pekan depan akan kita umumkan ke seluruh masyarakat tentang hasil kinerja tim,” ujar Dedi kepada wartawan di Jakarta, Kamis (4/7).

Baca Juga

Penyampaian hasil investigasi Polri ini sebetulnya lebih lama dari yang dijanjikan. Kapolri Jenderal Tito Karnavian pada Kamis (13/6) lalu pernah mengatakan hasil investigasi kerusuhan 21-23 Mei akan disampaikan bersama dengan Komnas HAM, dan Ombudsman, serta Kompolnas, pada 23 Juni.

Meski belum mau menyampaikan hasil investigasi Polri, Dedi menerangkan tentang kerangka penyelidikan dan hasil temuan yang didapat oleh tim Polri terkait kerusuhan 21-23 Mei. Ia menerangkan, penyidik Polri membagi hasil investigasi ke dalam empat bagian sesuai peran para pihak yang diduga terlibat kerusuhan.

Empat peran tersebut, yakni di lapangan, kordinator pelaksana kerusuhan, pendana, dan aktor intelektualnya. Dari empat tersebut, Polri sudah mengidentifikasi pada layer pertama dan kedua dengan penangkapan dan penahanan terhadap 447 pelaku kerusuhan, termasuk para pelaku pembakaran.

Pada kategori ketiga dan keempat, Polri juga sudah menemukan sejumlah bukti-bukti pembicaraan antara para terlibat dalam kerusuhan tersebut. “Nanti akan kita sampaikan berdasarkan fakta-fakta hukum yang ditemukan,” sambung dia.

Kerusuhan 21-23 Mei di Jakarta, menelan korban jiwa sembilan orang. Delapan di antara yang meninggal dunia terkena peluru tajam. Tiga terkena peluru tajam dan masih berumur belia belasan tahun.

Kerusuhan tersebut berawal dari aksi demonstrasi penolakan hasil Pilpres 2019 di Simpang Sarinah, Gedung Bawaslu. Demonstrasi tersebut berlangsung damai, tetapi sekelompok massa liar, membuat situasi rusuh sampai ke wilayah Tanah Abang, Petamburan, dan Slipi.

Terkait korban meninggal akibat peluru tajam itu, Kabag Humas Mabes Polri Kombes Asep Adi Saputra pernah mengatakan, tim investigasi menemukan tiga amunisi yang berasal dari para korban. Tim investigasi megidentifikasi peluru tersebut berkaliber 5,56 milimeter, dan 9,00 milimeter.

Namun sampai hari ini, Polri pun tak mengakui peluru tajam tersebut keluar dari laras senjata api petugas kepolisian saat kerusuhan terjadi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement