Sabtu 06 Jul 2019 10:02 WIB

Lewat Dendang Saluang, Nita Promosikan Budaya sampai ke Cina

Nita tidak ingin musik tradisional seperti dendang saluang tergerus budaya impor.

Rep: Febrian Fachri / Red: Friska Yolanda
Uria Novita
Foto: Istimewa
Uria Novita

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG PANJANG -- Cengkok suara Uria Novita begitu khas terdengar setiap ia melantunkan dendang yang diiringi musik saluang khas Minangkabau, Sumatera Barat. Nita begitu piawai menyanyikan berbagai lagu Minang dengan cara berdendang.

Nita begitu gadis 23 tahun asal Sikabu, Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman ini disapa. Nita kini menjadi artis dendang saluang yang hits di Sumatra Barat. Bahkan pengikut Nita di akun sosial media instagramnya @urianovita sudah 50 ribu lebih.

Nita menceritakan, ia sudah mulai menggemari musik dendang saluang sejak masuk SMK N 7 Padang. Bakat Nita diketahui oleh guru keseniannya di SMK. Sejak saat itu, Nita terus didorong agar mendalami kesenian dendang saluang khas Minangkabau.

"Awalnya karena guru Nita mengatakan punya bakat di tarik suara, khususnya nyanyian tradisi atau dendang. Beliau (guru kesenian) membawa saya untuk mengapresiasi berbagai event seperti alek nagari, acara baralek, batagak panghulu, kreativitas anak nagari dan lain-lain semacamnya. Lama-kemalaan saya mulai menyukai dan seiring berjalannya waktu menjadi profesi yang sangat disenangi. Hal tersebut bisa membantu saya untuk membiayai hidup saya dari kelas 1 SMK sampai sekarang," kata Nita kepada Republika.co.id, Jumat (5/7).

Dalam berbagai acara panggung kesenian Minangkabau, Nita kerap tampil bersama rekan-rekanya di grup AMIMI Ens yang beranggotakan tiga orang termasuk dirinya. Nita yang kini masih berkuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang sudah membawakan berbagai lagu dendang yang sudah legendaris. Seperti lagu Piaman Laweh, Bayang Salido, dan berbagai lagu dendang saluang terkini.

Walau musik dendang saluang terkesan jadul, tapi tidak menyurutkan Nita untuk terus melestarikan budaya. Nita menilai musik dendang saluang harus tetap dibudidayakan karena termasuk salah satu ikon musik Sumatra Barat. Nita tidak ingin aliran musik khas Minangkabau ini justru tenggelam akibat banyaknya musik-musik impor yang masuk ke tanah air. Termasuk, hilangnya saluang, yaitu alat musik tiup khas masyarakat Minangkabau.

Nita mengatakan dengan kemudahan menyiarkan karya melalui berbagai sosial media seperti Youtube, instagram dan lain-lain, kini sudah banyak lagi generasi muda yang ikut mempopulerkan kembali musik dendang saluang. Tidak seperti sebelum-sebelumnya di mana dendang saluang hanya terdengar ketika ada acara-acara adat seperti pernikahan, sunat rasul dan alek nagari saja.

"Kalau menurut saya sekarang itu, dendang saluang sudah mulai lagi banyak diminati karena gencarnya muda mudi yang menyanyikan ulang dan membuat kesenian tradisi saluang dendang. Ini menjadi hal yang menarik, dalam bentuk sajian yang berbeda.  Tapi saya rasa kita masih harus banyak belajar. Karena ketika di lapangan, mengetahui 1 atau 2 dendang saja, tidaklah cukup," ujar Nita.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement