REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bidang Hukum, HAM, dan Perundang-undangan Robikin Emhas menyatakan agama bukan sumber konflik. Menurutnya, agama justru hadir untuk menyelesaikan konflik.
"Karena agama merupakan solusi perdamaian dunia. Untuk itu jangan ada yang berfikir untuk meniadakan pendidikan agama di sekolah," ujar Robikin, melalui keterangannya, Sabtu (6/7).
Menurutnya, melalui pendidikan agama manusia dapat mengenal Tuhan untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan. Dengan peran agama, kata Robikin, manusia mengerti bahwa Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang dan seterusnya.
Melalui agama, manusia mengenal pola hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, serta hubungan manusia dengan alam lingkungannya. Tujuannya, agar manusia dapat mencapai kebahagiaan yang hakiki, baik di dunia maupun setelah kematiannya.
Antar sesama manusia, Robikin mengatakan, Nahdlatul Ulama telah merumuskan trilogi (tga pokok yang saling berhubungan) persaudaraan. Trilogi tersebut, yakni persaudaraan sesama muslim (ukhuwah islamiyah), persaudaraan sesama warga negara (ukhuwah wathaniyah) dan persaudaraan sesama anak cucu Nabi Adam (ukhuwah basyariyah atau ukhuwah insaniyah).
Kemudian, kehidupan yang harmoni dapat dicapai sehingga perdamaian dunia dapat terwujud, kesejahteran dan keadilan sosial dapat tercapai. Dengan begitu, martabat kemanusiaan dapat dijunjung tinggi.
"Itulah ajaran Islam. Mengapa? Karena secara harfiah Islam berarti damai, selamat, aman, atau tenteram," tuturnya.
Sebelumnya, Praktisi Pendidikan Setyono Djuandi Darmono mengatakan, pendidikan agama tidak perlu diajarkan di sekolah. Agama cukup diajarkan orangtua masing-masing atau lewat guru agama di luar sekolah.