Sabtu 13 Jul 2019 12:59 WIB

Siapa Jembatani Pertemuan Antara Jokowi dan Prabowo?

Sejumlah tokoh jembatani pertemuan Jokowi dan Prabowo

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nashih Nashrullah
Jokowi dan Prabowo menikmati perjalanan dengan ratangga, Sabtu (13/7).
Foto: Republika/Sapto Andika Candra
Jokowi dan Prabowo menikmati perjalanan dengan ratangga, Sabtu (13/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Publik menyambut antusiasi pertemuan perdana antara Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto pasca-Pilpres 2019. Pertemuan keduanya digelar secara sederhana di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan dan dilanjutkan dengan perjalanan bersama menuju Stasiun MRT Senayan. Keduanya saling bersalaman, berpelukan, dan menjalin obrolan sepanjang perjalanan di ratangga. 

Pertemuan antara dua tokoh sentral di Pilpres 2019 ini memang sudah dinantikan banyak pihak. Peristiwa ini diyakini akan menurunkan tensi politik yang sempat memanas sepanjang proses pesta demokrasi. Namun lama dirancang sejak sebelum Lebaran, pertemuan Jokowi-Prabowo baru bisa dilakukan sekarang. Lantas siapa yang menjembatani kedua pihak hingga akhirnya bisa bertemu?

Baca Juga

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi (BKS), yang ikut mendampingi Presiden Jokowi menyampaikan, pertemuan di MRT pagi ini dijembatani oleh politisi senior PDIP Pramono Anung yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Kabinet, Budi Gunawan yang kini menjabat Kepala Badan Intelejen Negara (BIN), hingga Edhy Prabowo sebagai Wakil Ketua Umum Gerindra. "Mereka orang baik semua, mereka memang bersahabat ya," kata BKS usai mendampingi Jokowi bertemu dengan Prabowo, Sabtu (13/7). 

Tokoh-tokoh tersebut memang terlihat hadir mendampingi Jokowi dan Prabowo. Selain mereka, terlihat hadir juga Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Erick Thohir.   

Pertemuan Jokowi-Prabowo pagi tadi sengaja mengambil tempat di Stasiun MRT dan di atas ratangga. BKS mengungkapkan, lokasi tersebut sengaja dipilih karena dianggap lebih bersahabat bagi masyarakat umum dan memudahkan media dalam menjalankan tugas peliputan. "Lebih baik kita bersama di luar secara bersama satu kegiatan yang sangat luar biasa," kata BKS.  

MRT pula, menurut BKS, dianggap menjadi sebuah simbol kemajuan angkutan massal di Tanah Air. Moda transportasi ratangga juga dianggap paling netral dan tidak berafiliasi pada kelompok politik tertentu. "Satu tempatnya netral, yang kedua ini visioner menuju kedepan," kata BKS.  

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement