REPUBLIKA.CO.ID, Ribuan pencari suaka dari berbagai negara berkumpul di Gedung Eks Kodim di Jalan Bedugul, Kalideres, Jakarta Barat. Termasuk pencari suaka dari Somalia, Pakistan, Sudan, dan Afghanistan yang sebelumnya tinggal dan membangun tenda-tenda di atas trotoar di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat tinggal di gedung tersebut.
Saban hari, di sebuah pos keamanan gedung yang warna catnya sudah mulai luntur dan mengelupas itu Dinas Sosial DKI Jakarta membagikan sekitar 1.100 box nasi kepada para pengungsi. Saat Republika.co.id datang, mereka sedang antre mendapatkan jatah makan siang mereka.
Gedung Eks Kodam itu terdiri dari dua lantai. Lantai atas digunakan para pengungsi pria, sementara di lantai dasar ditempati ibu-ibu dan anak-anak.
Di lantai dasar juga, terbagi dalam beberapa kamar dan pada tembok-tembok terdapat tulisan di selembar kertas putih, seperti tulisan Afghanistan, Somalia. Ini untuk memudahkan para pengungsi menempati blok mereka. Selain di dalam gedung, Dinas Sosial juga menyediakan sembilan tenda besar di bagian luar gedung yang juga digunakan para pengungsi.
Sedangkan toilet berada di dalam gedung, dekat pintu belakang. Sayangnya toilet ini tidak terawat sehingga bau pesing dapat langsung tercium di tambah dengan lantai yang kotor.
“No air, no air,” begitulah ujar salah seorang pengungsi saat Republika.co.id mencoba melongok ke dalam toilet tersebut.
Pada bagian belakang gedung, berderet mobil-mobil tangki air dan toilet-toilet portable berwarna oranye. Menurut salah seorang petugas yang tengah membersihkan toilet portable tersebut, di hari pertama ini hanya toilet tersebut yang digunakan pengungsi. Karena sebagaimana gedung lama yang tidak terpakai, sehingga beberapa perlengkapan di toilet gedung tidak berfungsi dengan baik.
Toilet portabel yang digunakan pengungsi para pencari suaka karena toilet gedung yang belum berfungsi (air tidak ada), Selasa (16/7/2019).
Selesai mengitari bagian dalam gedung, tak lama kemudian terdengar ribut-ribut di pintu masuk utama gedung. Rupanya ada pengungsi yang bertengkar karena berebut makanan.
Di hari pertama pengungsi pindah ke Kalideres, memang sempat terjadi keterlambatan makanan. Mereka mengaku tidak mendapatkan jatah sarapan sebagaimana yang dijanjikan petugas sebelumnya. Sehingga jatah makan pagi mereka dirapel menjadi makan siang.
Tidak berapa lama datang tiga buah mobil hitam memasuki gedung. Beberapa wanita turun dari mobil dengan mata sembab. Mereka adalah sekelompok masyarakat yang datang membawa makanan untuk membantu para pengungsi.
“Awalnya saya melihat mereka di Jalan Sabang, saya melihat mereka tidur di jalan, berkemah, lalu saya bikin story di Instagram, dan banyak teman-teman saya yang juga baru tahu. Banyak pengungsi dari Afganistan, Somalia yang tinggal di Indonesia dengan kondisi seperti ini. Dari situ kami berinisiatif untuk menggalang dana dan memberikan bantuan,” kata Cindhy di lokasi pengungsian di Gedung Eks Kodim, Jalan Bedugul, Kalideres, Jakarta Barat, Jumat (12/7).
Suasana pengungsi para pencari suaka di gedung eks kodim, Jakarta Barat, Jumat (12/7).
Cindhy memperkirakan pengungsi yang dilihatnya saat itu di Jalan Sabang hanya sekitar 150 sampai 200 orang. Namun ia mengaku sangat kaget ketika tahu bahwa di penampungan ini jumlah pengungsi menjadi begitu banyak.
“Penggalangan dana hanya dua hari, kami dapat sekitar tujuh juta, tapi ada juga yang langsung menyumbang dalam bentuk baju, selimut, makanan, minuman. Kami juga berikan nasi kotak, biskuit, susu, pampers, pembalut, air mineral, dan roti. Tadi pagi kami sempat ke sana (Jalan Sabang), ternyata sudah tidak ada dan dibawa ke sini. Jadi kami ke sini,” cerita ibu rumah tangga ini yang datang bersama teman-temannya.
Cindhy mengatakan aksinya ini tidak mewakili lembaga sosial mana pun. Ia dan teman-temannya hanya terdorong oleh rasa kemanusiaan untuk turut membantu para pengungsi tersebut.
“Mereka tidak makan tidak ada tempat tinggal, jadi kami tergerak, kami bukan organisasi, kami (membantu) hanya (karena) kemanusiaan saja. Tahu seperti ini, kami juga sepertinya akan bikin (bantuan) yang kedua dan ketiga,” ujar kawan Cindy yang lain, Bunga.
Kondisi pengungsi para pencari suaka di dalam gedung, tidur dengan beralaskan karpet, Selasa (16/7/2019).
Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta, Irmansyah mengatakan, pengungsi yang saat ini menempati gedung eks kodim berjumlah 1.100 orang. Artinya, ada 1.100 box nasi yang disiapkan Dinsos DKI Jakarta untuk setiap kali makan.
“Seribu seratus boks itu untuk pengungsi satu kali makan. Makanya kita berharap kalau ada masyarakat yang bantu, bantuan beras enggak usah. Makanan siap saji saja,” kata Irmansyah dalam sambungan telepon.
Misalnya kata Irmansyah, masyarakat bisa turut membantu dengan menyediakan kebutuhan pokok lain seperti makanan tambahan, makanan untuk bayi, popok sekali pakai, pembalut wanita, atau air minum. “Tapi jangan diberikan langsung, di situ ada pos di depan, nanti kami catat dari mana-mananya, lalu kita kumpulkan dan kita distribusikan. Kenapa? Karena kan bantuan (dari mereka) tidak seluruhnya (1.100), hanya 100-200, kalau kasih langsung nanti yang ada malah berebut dan ada yang tidak dapat. (Kalau dibagikan petugas) oh sekarang buat tenda yang ini, berikutnya yang ini, nanti ke lantai dua tapi bagian selatan,” kata Irmansyah menjelaskan sistem pendistribusian kepada pengungsi.