REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksana harian Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan 3.104 orang mengungsi di 15 titik pengungsian akibat gempa yang menghantam Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, pada Ahad (14/7). Hingga Selasa (16/7) pukul 06.00 WIB, masih terjadi gempa susulan sebanyak 93 kali dan yang dirasakan 30 kali
"Sebanyak 51 orang luka-luka dan empat orang meninggal dunia," kata Agus dalam jumpa pers di Graha BNPB, Selasa.
Selain masyarakat yang menjadi korban, gempa juga menyebabkan kerusakan antara lain 971 rumah, tujuh sekolah, tiga rumah ibadah, satu fasilitas kesehatan, dua unit bangunan lain, dan tiga jembatan. Rumah-rumah yang rusak berada di Kecamatan Gane Timur Selatan di empat desa, Kecamatan Bacan Timur Selatan di satu desa, Kecamatan Bacan Timur Tengah di satu desa, Kecamatan Gane Timur di satu desa, dan Kecamatan Gane Barat Selatan di satu desa.
"Tiga jembatan yang rusak berada di Desa Saketa, Kecamatan Gane Barat dua unit dan Desa Pasi Palele, Kecamatan Gane Barat Selatan satu unit," jelasnya.
Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan telah menetapkan status tanggap darurat selama tujuh hari yang akan berakhir pada Ahad (21/7). Kabupaten Halmahera Selatan diguncang gempa berkekuatan 7,2 Skala Richter pada kedalaman 10 kilometer di 62 kilometer Timur Laut Labuha, Maluku Utara.
Gempa terjadi pada Ahad (14/7) pukul 16.10 WIB pada koordinat 0,59 derajat Lintang Selatan dan 128,06 derajat Bujur Timur. Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar Sorong-Bacan.
Hasil analisis mekanisme sumber yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan gempa tersebut dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan struktur pergerakan mendatar.