REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh : Reja Irfa Widodo
BERGAMO -- Tepat sembilan tahun lalu, publik Bergamo menggelar pesta besar. Setelah terdegradasi ke Serie B pada musim sebelumya, klub kesayangan mereka, Atalanta, bisa kembali tampil di pentas tertinggi sepak bola Italia, Serie A. Atalanta mampu mengakhiri Serie B musim 2010/2011 sebagai pemuncak klsemen akhir.
Kini, setelah Serie A menutup tirai musim kompetisi 2018/2019, publik Bergamo kembali berpesta. Catatan sejarah baru ditorehkan Atalanta di sepanjang sejarah klub yang berdiri sejak 1907 tersebut. Berhasil finish di peringkat ketiga Serie A musim lalu membawa mereka berhak berlaga di putaran grup Liga Champions musim depan. Ini menjadi debut klub berjuluk La Dea itu di kompetisi paling bergengsi antar klub Eropa tersebut.
Namun, keberhasilan itu tidak didapat Atalanta dengan mudah. Hingga pekan pamungkas Serie A musim lalu, Atalanta mesti bersaing dengan tiga tim lainnya dalam perebutan dua posisi terakhir di zona Liga Champions lantaran selisih poin yang begitu tipis. Akhirnya, kemenangan 2-1 atas Sassuolo membawa tim besutan Gian Piero Gasperini itu memantapkan posisi ketiga di klasemen akhir.
Atalanta berhasil unggul head to head dari Inter Milan, yang finish di peringkat keempat. Mereka unggul satu poin dari AC Milan yang harus puas finish di peringkat kelima.
Raihan 69 poin pun menjadi capaian poin tertinggi Atalanta sepanjang kiprahnya di kancah Serie A. Finish di posisi ketiga Serie A ditambah keberhasilan melaju ke babak final Coppa Italia membuat musim lalu menjadi salah satu musim terbaik yang dilakoni Atalanta, selain saat berhasil meraih titel Coppa Italia pada musim 1962/1963.
Presiden Atalanta, Antonio Percassi, pun sempat menyebut keberhasilan finish di posisi ketiga dan tampil di Liga Champions adalah merupakan perwujudan mimpi besar yang selama ini diidam-idamkan. Tidak hanya oleh Atalanta sebagai sebuah klub, tapi juga publik kota Bergamo secara keseluruhan.
TERHALANG INFRASTRUKTUR
Namun, mimpi indah ini Atalanta ini terancam buyar justru sebelum mereka sempat menyentuh bola di laga perdana di pentas Liga Champions. Ancaman ini datang dari kesiapan infrastruktur Stadion Atleti Azzurri d'Italia untuk menjadi tuan rumah pertandingan Liga Champions.
Sejak dibangun pada 1927, Stadion Atleti Azzuri d'Italia memang telah menjadi homebase buat Atalanta. Namun, setelah inspeksi yang dilakukan perwakilan UEFA, stadion yang telah direnovasi sebanyak tiga kali itu dinilai tidak memenuhi kualifikasi untuk bisa menggelar laga di kancah Liga Champions.
Dari segi kapasitas, stadion yang memiliki kapasitas lebih dari 21 ribu penonton itu sudah memenuhi ketentuan UEFA, yaitu mencapai lebih dari delapan ribu tempat duduk. Namun, sejak 2007, UEFA berharap, kapasitas tersebut bisa ditingkatkan menjadi tidak kurang dari 30 ribu penonton.
Tidak hanya itu, ketiadaan rooftop di sebagian besar area stadion yang juga menyandang nama Stadion Gewiss atas alasan sponsorhip itu menjadi salah satu alasan UEFA menolak Stadion Atleti Azzuri d'Italia menjadi tuan rumah Liga Champions. Pun dengan kondisi infrastruktur pendukung lainnya, seperti arena mixed zone ataupun kondisi ruang ganti pemain.
Di Italia, Stadion Atleti Azzurri d'Italia memang dinilai sebagai salah satu stadion yang paling kuno. Stadion ini minim sentuhan teknologi modern, terutama dalam pemenuhan fasilitas-fasilitas pendukung stadion.
Kondisi ini sebenarnya sudah disadari oleh manajemen Atalanta. Alhasil, bekerjasama dengan dewan kota Bergamo, Atalanta telah melakukan persiapan pemugaran Stadion Atleti Azzurri d'Italia. Rencananya, pemugaran sekaligus penambahan kapasitas stadion itu baru akan dilakukan pada pertengahan 2019 dan diperkirakan selesai pada 2021.
PINJAM STADION
Namun, semua pemugaran ini tidak akan selesai saat Atalanta tampil di kancah Liga Champions. Kondisi ini akhirnya disiasati manajemen klub dengan mengajukan proposal peminjaman Stadion San Siro sebagai homebase mereka di pentas Liga Champions. Selain dianggap salah satu stadion bersejarah di Italia, Stadion San Siro dianggap layak lantaran memiliki kapasitas hingga 80 ribu penonton.
Tidak hanya itu, dari dua klub yang menggunakan Stadion San Siro sebagai markas utama, hanya Inter Milan yang akan menggunakannya pada laga tengah pekan. Lantaran Inter Milan bakal tampil di ajang Liga Champions.
Langkah peminjaman stadion ini sebenarnya bukan pertama kali dilakukan Atalanta. Pada musim lalu, Atalanta sempat meminjam markas Sassuolo, Stadion Mappei, untuk melakoni laga kandang di babak kualifikasi Liga Europa pada musim lalu.
Selain itu, pada pertengahan musim lalu, Atalanta juga sudah menggunakan Stadion Mappei sebagai venue laga kandang, baik di pentas Liga Italia ataupun di kancah Coppa Italia. Namun, berbeda dari Stadion Mappei, usaha Atalanta untuk menggunakan Stadion San Siro tidak berlangsung dengan mulus.
Setidaknya butuh waktu setengah bulan lebih buat AC Milan ataupun Inter Milan serta Dewan Kota Milan untuk bisa memberikan izin kepada Atalanta menggunakan Stadion San Siro. Penolakan paling keras datang dari fan garis keras AC Milan dan Inter Milan.
Buat fans AC Milan yang kerap menempati Curva Selatan Stadion San Siro, Atalanta merupakan duri paling tajam dalam usaha memperebutkan tiket Liga Champions pada musim depan. ''Permintaan seperti ini harus dijawab dengan sebuah tawa yang panjang. Permintaan Percassi (Presiden Atalanta) meyinggung perasaan kami. San Siro adalah rumah kami,'' tulis pernyataa dari Curva Sud, selaku perwakilan fans AC Milan, seperti dikutip Football Italia.
Hal senada sempat diungkapkan oleh Presiden AC Milan, Paolo Scaroni. Menurutnya, para fans Milan masih kecewa dengan kegagalan i Rossoneri tampil di kompetisi Eropa.
''Stadion, bagaimanapun, bukan hanya milik sebuah klub, tapi juga menjadi miliki fans,'' kata Scaroni di Football Italia.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kendati begitu, setelah negosiasi yang cukup panjang antara Walikota Milan, Giuseppe Sala, dan perwakilan AC Milan dan Inter Milan, Atalanta akhirnya diperbolehkan untuk menggunakan Stadion San Siro sebagai homebase mereka di pentas Liga Champions musim depan.
''Kami memutuskan telah menerima permohonan Atalanta untuk memainkan laga kandang Liga Champions di San Siro. Keputusan ini datang dari opini positif walikota Giuseppe Sala dan setelah melihat keseriusan Atalanta. Kami yakin, keputusan ini tidak hanya berimbas positif buat Atalanta, tapi sepak bola Italia secara keseluruhan,'' tulis pernyataan bersama Milan dan Inter Milan seperti dikutip ANSA.
Pernyataan bersama AC Milan dan Inter Milan ini pun berbalas dengan ucapan terima kasih dari Atalanta. ''Bisa tampil di kompetisi paling bergengsi di San Siro memberikan rasa kebanggaan dan torehan sejarah baru buat kami. Kami akan membayar kehormatan ini dengan cara terbaik, yaitu dengan penampilan maksimal. Rasa terima kasih kami ucapkan buat dua klub dan fanbase mereka atas kesempatan ini,'' tulis pernyataan resmi Atalanta seperti dikutip Football-Italia, akhir pekan lalu
Rasa terima kasih juga sempat diungkapkan kapten Atalanta, Alejandro ''Papu'' Gomez. Menurut gelandang serang berusia 31 tahun itu, bisa tampil di San Siro pada musim debut Atalanta di Liga Champions merupakan kehormatan tersendiri.
''Atas nama rekan-rekan setim, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Milan dan Inter karena telah menyambut kami di stadion mereka. Sebuah kehormatan besar bisa tampil di stadion megah tersebut. Kami akan berusaha memberikan yang terbaik,'' ujar Gomez di akun instagram miliknya.
PERSIAPAN MAKSIMAL
Setelah mendapatkan lampu hijau terkait penggunaan San Siro sebagai homebase di ajang Liga Champions, Atalanta pun bersiap untuk menghadapi kerasnya kompetisi di Liga Champions musim depan. Penguatan skuat lewat aktivitas di bursa transfer telah dilakukan manajemen La Dea. Hingga pertengahan bursa transfer musim panas kali ini, Atalanta setidaknya telah menghabiskan dana transfer mencapai 33,7 juta euro.
Tiga pemain anyar telah didatangkan manajemen La Dea. Diawali dengan mendatangkan penyerang asal Kolombia, Luis Muriel, dari Sevilla dengan nilai transfer mencapai 15 juta euro, Atalanta juga telah merekrut gelandang Ruslan Malinovskyi dari KRC Genk dengan banderol transfer sebesar 13,7 juta euro. Selain itu, Atalanta juga mendatangkan bek muda dari Cittadella, Marco Varnier, dengan tebusan dana transfer mencapai lima juta euro.
Kendati begitu, usaha terbesar Atalanta di bursa transfer musim panas ini adalah mempertahankan sejumlah pemain bintang mereka. La Dea pun bertekad untuk tetap menjaga pemain-pemain andalan mereka pada musim lalu, seperti penyerang Duvan Zapata, Papu Gomez, dan Josip Illicic. Pun dengan memperpanjang masa peminjaman gelandang asal Krosia, Mario Pasalic, dari Chelsea.
''Para pemain terbaik kami, termasuk Zapata, tetap bertahan bersama kami. Muriel adalah rekrutan yang luar biasa,'' kata Percassi.
''Mario Pasalic sempat mengungkapkan keinginannya untuk bertahan dan kami memiliki rapor bagus dengan Chelsea,'' katanya. ''Jadi, kami tidak menemui kendala saat memperpanjang masa peminjamannya dari Chelsea pada musim depan.''