REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Dengan luka lebar warna merah berbentuk silang di punggung dan lengannya, seorang lelaki Hong Kong, Calvin So (23 tahun) menceritakan kejadian saat dirinya menjadi korban penyerangan di stasiun. Para penyerang mengira Calvin adalah demonstran pro-demokrasi.
Calvin menceritakan, pada Ahad (21/7), dia baru saja selesai bekerja di sebuah restoran dan sedang menuju rumah ketika sekelompok massa menyerangnya. Kelompok tersebut saat itu sedang memburu para pengunjuk rasa di sebuah stasiun kereta di kota Yuen Long di barat laut Hong Kong.
Serangan-serangan pada Ahad malam sebelumnya telah menewaskan puluhan orang, dan menyebarkan ketakutan pada demonstrasi yang sudah hampir dua bulan berjalan di kota semi-otonomi China. Calvin yang dirawat di rumah sakit pada Rabu (24/7), menceritakan kejadian yang dialaminya.
Calvin yang merupakan seorang koki mengaku, para pria itu tetap memukulinya ketika dia mengatakan dia bukan salah satu pengunjuk rasa. "Mereka mulai mengancam saya dan mengepung saya, lalu salah satu dari mereka memukulku. Saya pikir ada beberapa kesalahpahaman," kata Calvin seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu (24/7).
Calvin menjelaskan, ia mengenakan kaus abu-abu, berbeda dengan warna hitam yang umumnya dikenakan oleh para demonstran. Calvin juga masih beralaskan 'crocs' yang ia biasa pakai di dapur.
"Aku bilang pada mereka aku baru saja pulang kerja, aku masih memakai sepatu kerja, aku bukan targetmu," ujar Calvin.
Namun, ucapan Calvin tak diindahkan para pengeroyok. Ia dipukuli hingga mengalami luka cukup serius di bagian punggung. Luka yang membekas di punggung Calvin itu sempat membuat Calvin tak bisa tidur sama sekali.