REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Ratusan pengunjuk rasa yang menyerukan demokrasi dan meneriakkan "Bebaskan Hong Kong" berkumpul di bandara kota yang dikelola China, Jumat (26/7).
Otoritas bandara mengatakan sejumlah operasi tetap berjalan normal. Tetapi, penumpang diimbau datang lebih awal mengingat kemungkinan adanya gangguan penerbangan.
Aksi protes menjamur hampir setiap hari. Pendemo juga melempari kantor perwakilan utama China di Hong Kong dengan telur dan cat akhir pekan lalu. Hal tersebut memicu peringatan dari China. China mengingatkan aksi pendemo itu merupakan serangan terhadap kedaulatan China.
Sikap marah pendemo dimulai dari tanggapan terhadap RUU ekstradisi yang kini ditangguhkan. Namun, kini mencakup tuntutan demokrasi yang lebih besar, yaitu pengunduran diri kepala eksekutif Hong Kong Carrie Lam dan bahkan pengusiran turis China dari Hong Kong.
Sejumlah pengunjuk rasa, yang menggunakan helm dan melakukan aksi duduk di area kedatangan, mengangkat plakat yang meminta pemerintah untuk mencabut RUU ekstradisi sepenuhnya, sambil meneriakkan "Bebaskan Hong Kong".
"Dunia telah menyaksikan kami dalam beberapa pekan belakangan," kata Jeremy Tam, mantan pilot sekaligus anggota dewan yang menjadi panitia aksi protes bersama dengan karyawan sektor penerbangan lainnya.
"Kami yakin bandara merupakan cara paling tepat untuk memberitahu semua turis tentang apa yang sedang terjadi di Hong Kong," katanya.
Hong Kong, bekas koloni Inggris yang kembali ke China pada 1997 terseret dalam krisis politik paling buruk selama beberapa dekade setelah dua bulan aksi protes kekerasan meningkat menjadi salah satu tantangan terberat bagi pemimpin China Xi Jinping sejak pelantikannya. Negara tetangga Singapura mengimbau warganya untuk menjauhi lokasi tersebut.