Jumat 02 Aug 2019 15:23 WIB

Emil Siap Jadi Marketing Petani Teh di Jabar

Emil menyarankan asosiasi maupun petani melakukan branding cara menyeduh teh.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberikan keterangan kepada awak media saat menggelar konferensi pers terkait penetapan tersangka dugaan kasus suap Meikarta yang melibatkan Sekda Jabar Iwa Karniwa di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Selasa (30/7/2019).
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberikan keterangan kepada awak media saat menggelar konferensi pers terkait penetapan tersangka dugaan kasus suap Meikarta yang melibatkan Sekda Jabar Iwa Karniwa di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Selasa (30/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menyarankan asosiasi maupun petani teh di Jabar melakukan branding bagaimana menyeduh teh. Hal  itu dilakukan, untuk mencari cara agar produk perkebunan tersebut dapat diterima oleh masyarakat, khususnya generasi milienial yang dewasa ini lebih memilih menikmati kopi daripada teh.

Menurut Emil, yang harus dilakukan, asosiasi atau petani  berkumpul untuk menemukan inovasi untuk memperluas  segmentasi minum teh di masyarkat. "Saran saya asosiasi teh Jabar petaninya berkumpul membranding gaya hidup ya, karena gaya hidup teh di milenial kurang dibandingkan kopi," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil usai membuka Bandung Tea Festival ke-16 Tahun 2019, di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (2/8).

Baca Juga

Emil mengatakan, saat ini budaya menyeduh teh sedang meningkat. Hal tersebut berdasarkan pengamatannya, ketika melakukan kunjungan kerjanya ke luar negeri. Namun, Indonesia khususnya Jabar belum mengoptimalkan peluang yang ada. 

"Jadi, saya menawarkan diri jadi sales industri teh Jabar karena setelah keliling eropa, ternyata teh trennya naik sebenarnya, tapi di Indonesia belum mengoptimalkan peluangnya," katanya.

Emil pun, mengajak asosiasi petani teh di Jabar agar kian membangun dan membesarkan produk yang dihasilkannya. Dengan begitu dapat menandingi kopi asal Jabar yang telah diakui di level internasional. Padahal, teh juga dapat menjadi menu yang ditawarkan kepada konsumen selayaknya kopi seiring menjamurnya kafe-kafe belakangan ini.

"Justru itu butuh dorongan di mana ada kopi berdampingan sama teh istilahnya suami istri," katanya.

Selain itu, kata dia, potensi ekpor teh di Jabar ini sangat besar. Karena itu, terkait upaya marketing perlu lebih digenjot untuk memaksimalkan potensi tersebut. Emil mengaku, ia pernah mempromisikan teh asal Jabar saat kunjungannya negara Inggris, beberapa waktu lalu.

"Inggris lebih menyukai semua teh yang bisa dicampur dengan susu. Ternyata di Jabar ada beberapa yang belum sesuai prosesnya," katanya.

Dengan begitu, kata Emil, pihaknya akan berupaya memperbaiki agar dapat menembus pasar ekpor yang lebih besar. "Karena teh jabar yang white tea ternyata segmen tertentu di Eropa dihargai mahal sekali 800 ribu per kilo," katanya.

Bahkan, kata dia, pihaknya akan kedatangan produsen teh asal Inggris yaitu Finlays untuk berkeliling ke perkebunan teh yang ada di Jabar pada bulan depan. Selain itu, Emil juga akan menyertakan menu teh pada kafe di Australia yang akan dibuka dalam waktu dekat.

"Kemarin dimulai dengan ngetes kopi jabar gratis di sana. Saya titipkan setengah kafe jualan teh juga. Orang bisa ada pilihan kopi dan teh," katanya.

Sementara itu, menurut Kepala Dinas Perkebunan Jawa Barat Dodi Firman Nugraha, saat ini pun teh dari Jabar sudah diminta oleh beberapa negara luar. Yakni, hampir 80 persen produksi teh di Indonesia berasal dari Jabar.

"Sekarang ini sudah ekspor. Susah kalau petani langsung melakukan ekspor. Karena terkait dengan administrasi yang harus dipenuhi. Jadi yang melakukan ekpor adalah perusahan-perusahaan," ujar Dodi.

Dodi mengakui, ada pekerjaan rumah yang mesti dilakukan pihaknya untuk mendongkrak komoditas teh di Jabar. Yaitu, terkait sentuhan akhir di level petani untuk melakukan branding terhadap produk perkebunannya.

"Jadi salah satu PR (pekerjaan rumah) kita itu harus dikumpulkan pelaku di Jabar, difasilitasi untuk meningkatkan produk atau hasil dari petani kita," katanya.

Saat ini, kata Dodi, terdapat beberapa perkebunan di Jabar menghasilkan teh yang sangat melimpah. Yakni, Kebun teh Rancabali, Kebun teh Malabar, Kebun teh Sukawana, Kebun teh Gunung Mas, Kebun teh Cianten, kebun teh Cikuya dan kebun teh Bukit Kecapi.

Adapun volume ekspor teh Indonesia menurut negara tujuan utama pada 2015 adalah Malaysia (8.605 ton), Pakistan (5.464 ton), Uni Emirat Arab (2.150 ton), Amerika Serikat (3.842 ton), Inggris (2.495 ton), Belanda (653 ton), Jerman (4.953 ton), Polandia(2.476 ton), Ukraina (876 to ), Rusia (11.445 ton), dan negara lainnya (20.972 ton).

"Jawa Barat sendiri menghasilkan 80 persen kopi yang berada di nasional," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement