Ahad 04 Aug 2019 21:51 WIB

Indonesia Genjot Ekspor Pisang ke Jepang

Tingginya permintaan Jepang akan pisang ditangkap Indonesia sebagai peluang emas.

Red: EH Ismail
Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana membeli pisang di sebuah pasar
Foto: Humas Kementan
Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana membeli pisang di sebuah pasar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siapa yang menyangka pisang ternyata salah satu buah favorit warga Jepang. Berdasarkan data tahun 2017,  volume konsumsi pisang di Jepang sebesar 18,5 kilogram per rumah tangga yang beranggotakan dua orang atau Iebih.

Capain ini tertinggi dibanding buah-buah lainnya. Angka yang dicatat untuk volume konsumsi pisang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan apel (12,2 kilogram per rumah tangga) dan jeruk citrus (10,1 kilogram per rumah tangga). 

Tingginya permintaan Jepang akan pisang ditangkap Indonesia sebagai peluang emas. Kementerian Pertanian (Kementan) saat ini berupaya melakukan akselerasi ekspor pisang ke negara  sakura tersebut. 

Atase Pertanian KBRI Tokyo Sri Nuryanti menyebutkan pada tahun lalu Indonesia  berhasil menduduki peringkat ke-10 sebagai eksportir pisang ke Jepang, dengan nilai ekspor sebesar US$ 1,67 Juta. Padahal pisang asal Indonesia baru mulai  menembus pangsa pasar Jepang pada tahun 2015.

“Baru pada tahun tersebut, Indonesia dapat memanfaatkan kuota pisang sebanyak seribu ton per tahun dengan tarif nol persen. Ekspor ini merupakan yang perdana sejak penandatanganan Indonesia-Jepang dalam Economic Partnership Agreement (IJEPA) pada 2008,” ujar Sri. 

Masuknya pisang Indonesia ke Jepang merupakan pencapaian penting karena pasar produk pertanian negara tersebut terkenal sangat ketat. Jepang menerapkan standar mutu dan kesehatan yang sangat tinggi untuk impor produk pertanian. 

Dalam dua tahun terakhir, negara-negara Asia Tenggara memang menunjukkan taringnya dalam pemasaran pisang di Jepang. Bahkan Filipina saat ini menjadi penguasa pasar pisang di Jepang. Setidaknya 80% pasar di sana dikuasai oleh Filipina, menyalip negara-negara Amerika Latin, antara lain Ekuador dan Meksiko yang sebelumnya merupakan ekspotir terbesar pisang di dunia. 

“Negara-negara Asia Tenggara memiliki peluang karena secara geografis posisinya lebih dekat dibandingkan negara pengekspor pisang lainnya, terutama negara- negara Amerika Latin,” ungkap Sri, dalam keterangan pers, Ahad (3/8).

Ke depannya, Indonesia diyakini Sri memiliki potensi besar untuk memperbesar volume ekspor pisang ke Jepang. Pemerintah Indonesia saat ini sedang mengajukan penambahan kuota ekspor pisang ke Jepang dari 1.000 ton menjadi 10.000 ton per tahunnya. Jika negosiasi berhasil, besar peluang Indonesia bisa melesat menjadi kelompok negara ekportir pisang terbesar di Jepang. 

Untuk meningkatkan ekspor pisang Indonesia ke Jepang, Atase Pertanian beserta jajaran KBRI Tokyo turut memfasilitasi kerjasama pemerintah daerah (pemda) dengan pemerintah Jepang. Pada 31 Juli 2019 kemarin misalnya, pemda Sumatera Utara berkunjung ke KBRI Tokyo. Selain membahas sejumlah kerja sama dengan pemerintah Jepang, kedatangan pemda Sumatera Utara juga untuk mencari peluang ekspor pisang barangan asal Sumatera Utara.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Sumatra Utara (Kadinsu) Khairul Mahalli saat turut serta dalam kunjungan delegasi Sumatera Utara Ketua Umum Kadinsu menyampaikan bahwa pisang terutama jenis  barangan, berpotensi untuk diekspor ke luar negeri termasuk ke Jepang.

“Saya berharap produk pisang barangan dari Sumut dapat kita ekspor ke Jepang,” katanya.

Mahalli menjelaskan saat ini mekanisme ekspor seringkali terkendala dari segi logistik yang menyebabkan harga produk menjadi melambung tinggi dan sulit bersaing dengan produk dari negara lain yang harganya jauh lebih terjangkau. Dengan adanya koordinasi dengan Atase Pertanian KBRI Tokyo, diharapkan permasalahan yang dihadapi bisa teratasi. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement