Rabu 07 Aug 2019 06:43 WIB

Perang Mata Uang, Rupiah Bisa Melemah ke Posisi Rp 14.900

China menggunakan mata uangnya untuk menyerang perekonomian Amerika Serikat.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Seorang petugas teller menghitung mata uang rupiah.    (ilustrasi)
Foto: Republika/ Yogi Ardhi
Seorang petugas teller menghitung mata uang rupiah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- China dengan sengaja membiarkan mata uang yuan melemah sebagai aksi penyerangan balik terhadap Amerika Serikat (AS). Pelemahan yuan tersebut cukup berdampak buruk terhadap perekonomian Indonesia khususnya mata uang rupiah.

Peneliti Institute for Development of Economisc and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memperkirakan rupiah akan melemah akibat pelemahan yuan. Setidaknya dalam jangka panjang kurs rupiah bisa melemah hingga Rp 14.700 per dolar AS-Rp 14.900 dolar AS.

Baca Juga

"Dampak devaluasi yuan mempengaruhi sentimen investor di Asia maupun emerging market. Sampai sesi I perdagangan, kurs beberapa negara di Asia termasuk rupiah dan yen Jepang alami pelemahan terhadap dolar AS," ujarnya ketika dihubungi Republika, Selasa (6/8).

Menurut Bhima memburuknya hubungan ekonomi AS dan China paska devaluasi, karena pemerintah AS mengadukan China ke IMF atas dugaan currency manipulator. Maka membuka peluang Trump akan kenakan tarif atau sanksi yang lebih berat ke produk dari China.

"Masa depan tradewar tidak pasti. Indonesia terdampak dari sisi ekspor dan impor sekaligus," jelasnya

Menurutnya ekspor ke AS dan China melambat, produk China yang murah karena devaluasi yuan akan menyerbu Indonesia, membuat defisit perdagangan melebar. Tercatat pada 2018 lalu impor total dari China naik 27,4 persen dibanding 2017 atau setara 45,2 miliar dolar AS.

Bhima menambahkan reaksi negara lain merespon devaluasi yuan berbeda tergantung kekuatan cadangan devisa dan model ekonominya yang berorientasi ekspor atau impor.

"Kurs China bisa didevaluasi karena bank sentral bisa memainkan cadangan devisa yang cukup jumbo. Kemampuan ini tidak bisa ditiru Indonesia. Struktur China yang export oriented juga diuntungkan ketika Yuan melemah," ungkapnya.

Bhima menyebut Vietnam mungkin bisa meniru China karena export oriented. Mengingat produk asal Vietnam bisa lebih murah dan bersaing dgn produk China.

"Sementara negara seperti Indonesia yang andalkan konsumsi dalam negeri justru blunder ketika rupiah melemah. Biaya impor bahan baku produksi dan barang konsumsi yang meroket rugikan pengusaha lokal," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement