REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah popularitasnya sebagai penyanyi Jawa di kalangan generasi muda, Didi Kempot menyadari tidak semua pendengar mengerti arti lirik lagunya. Meski begitu, Didi menilai masyarakat tidak hanya sekedar menikmati lirik. "Sobat Ambyar", sebutan untuk penggemarnya, juga menikmati musiknya yang mudah didengar.
“Kalo aku itu wajar-wajar saja ya karena musiknya enak. Terus, dia (pendengar) suka. Ya kayak dengerin lagu barat. Kita belum tentu juga tahu artinya. Tapi karena musiknya enak, jadi pengen tahu juga apa artinya,” katanya.
Didi juga menaruh harapan kepada seniman-seniman muda, seperti NDX AKA, Pendhoza, dan seniman lain yang juga mengusung lagu berbahasa daerah, untuk terus berkarya agar mendapatkan perhatian dari generasi-genrasi berikutnya. Ia ingin karya seniman dan musisi daerah mendapat tempat di hati masyarakat.
"Keinginan terbesar saya adalah para seniman daerah lain juga mulai melakukan hal yang sama. Mulai berkarya dengan bahasa daerah masing-masing karena Indonesia ini kaya akan budaya dan bahasa. Mari bawa bahasa daerah negara kita Indonesia untuk didengarkan ke seluruh penjuru dunia," kata Didi yang dijuluki "The Godfather of Broken Heart".
Didi kini masih memproduksi sendiri lagu-lagunya. Ia mengaku tidak akan menolak andaikan ada label besar yang berminat bekerja sama sepanjang kontraknya tidak membelenggunya dalam berkarya.
"Kalau saya selama ini memang ada kerja sama dengan beberapa produser lokal. Rekaman juga di studio lokal, dengan operator orang lokal yang sehari-hari sebagai petani," ujar penyanyi bernama asli Didi Prasetyo itu.
Didi menuturkan, ia akan terus membuat karya seideal mungkin dengan memberikan sentuhan akar budaya, tanpa menimbang potensi keuntungannya. Ia pun bertekad untuk bertahan di genre musik yang membesarkan namanya.
"Gimana ya mas. Namanya rezekinya (saya) masih di situ. Tapi, saya tidak menutup kemungkinan kalau ada label besar yang mengundang, ya saya datang," ujarnya sembari tertawa.