REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sarjono Kartosuwiryo, anak dari Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, tokoh utama Gerakan Darul Islam (DI)/Tentara Islam Indonesia (TII), Negara Islam Indonesia (NII) memperkirakan jumlah anggota gerakan itu mencapai dua juta pengikut. Sarjono hari ini berikrar setia kepada NKRI.
"Saya tidak punya statistik riil. Tetapi, diperkirakan sekitar 2 jutaan. Perkiraan kasar," kata Sarjono di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (13/8).
Bersama sejumlah eks Harakah Islam Indonesia, eks-DI/TII, dan eks NII, Sarjono membaca ikrar setia terhadap Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Mereka di antaranya Aceng Mi'raj Mujahidin Sibaweh, yakni putra imam terakhir DI/TII H Yudi Muhammad Aulia (cucu KH Yusuf Taujiri dan Prof Anwar Musaddad, pendiri DI/TII).
Sebagai cucu dari pentolan DI/TII NII, Sarjono secara kultural disebut-sebut masih dianggap sebagai pimpinan kelompok. Dari 2 jutaan pengikut gerakan itu, Sarjono mengakui pembacaan ikrar itu baru pertama kalinya, sehingga nanti akan dilanjutkan silaturahim dengan anggota lainnya.
"Ini baru pertama. Nanti baru kita kumpulkan. Dari silaturahim, dari orang ke orang, baru bisa dievaluasi," katanya pula.
Melalui momentum pembacaan ikrar itu, ia mengajak pengikut Harokah Islam Indonesia, DI/TII, NII yang masih tersisa untuk ikut berikrar dan kembali memperkokoh NKRI. "Saya mengimbau seluruh rekan-rekan untuk bersatu bersama-sama membangun negara ini. Sebab, kalau negara ini rusak, bocor. Ya, kita sendiri yang tenggelam," kata Sarjono.
Menurut dia, Indonesia sudah punya TNI untuk membela jika ada serangan dari luar, kepolisian untuk menjaga keamanan dalam negeri, termasuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) jika ada orang yang korupsi. "Kalau ada yang memecah ideologi, siapa? Kita adalah bagian yang harus membela ideologi," ujar Sarjono menegaskan.