REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa menemui Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto pada Kamis (15/8). Suharso tiba di kediaman Prabowo di Jalan Kartanegara, Jakarta Selatan, bersama dengan sejumlah pengurus pusat PPP.
Berdasarkan pantauan Republika di lokasi, Suharso berserta rombongan tiba menggunakan dua kendaraan. Mereka kemudian langsung masuk ke dalam halaman depan rumah Prabowo. Prabowo mengaku pertemuan tersebut merupakan wadah bertukar pikiran dengan DPP PPP terkait kemandirian bangsa di bidang ekonomi.
“Kami banyak sependapat dalam menghadapi tantangan bangsa Indonesia ke depan dan saya memberikan pemikiran dalam bidang ekonomi,” kata dia selepas pertemuan, Kamis (15/8).
Dia mengatakan, Gerindra dan PPP merupakan partai nasionalis-religius atau sebaliknya, yang selalu berupaya mencari titik terang. Dia melanjutkan, kedua partai tersebut merupakan jalan tengah terbaik dalam memecahkan persoalan bangsa kelak. Namun, dia tidak memerinci persoalan yang dimaksud.
Hal senada juga diungkapkan Soharso. Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ini mengaku bersama Prabowo mendiskusikan serta mencari kesepakatan untuk bagaimana melihat Indonesia ke depan serta bersama-sama sepakat akan kesatuan NKRI.
Suharso mengatakan, pemikiran Prabowo dalam bidang ekonomi bisa saja diusulkan dan dipertimbangkan untuk masuk dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo nanti. Secara khusus, dia memuji pemikiran Prabowo dalam bidang ekonomi tersebut.
“Dan kami juga membicarakan tentang politik nasional Indonesia hari ini serta membicarakan stabilitas agar kita bisa hidup dengan tenang sambil sama-sama membangun bangsa ini,” kata Suharso.
Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani mengatakan, pertemuan ini dilakukan dalam rangka silaturahim selepas perhelatan Pilpres 2019 lalu. Rangkaian pilpres diketahui telah rampung. “Kami enggak pernah ketemu dan berdiskusi hal-hal yang menyangkut masa depan bangsa dan negara ini,” kata mantan wakil ketua tim pemenangan Jokowi ini.
n rizkyan adiyudha, ed: mas alamil huda