Jumat 23 Aug 2019 12:41 WIB

Masalah Kebakaran Hutan Amazon akan Dibawa ke KTT G7

Usulan kebakaran hutan Amazon dibawa ke KTT G7 ditentang presiden Brasil.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Gambar satelit menunjukkan beberapa kebakaran yang membakar di negara bagian Brasil Amazon.
Foto: EPA-EFE/Nasa
Gambar satelit menunjukkan beberapa kebakaran yang membakar di negara bagian Brasil Amazon.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan, kebakaran hutan Amazon merupakan krisis internasional. Dia menyerukan agar persoalan tersebut menjadi agenda utama dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7. 

"Rumah kami terbakar," ujar Macroon dalam cicitan di Twitternya, dilansir BBC, Jumat (23/8).

Baca Juga

Prancis akan menjadi tuan rumah KTT G7 pada akhir pekan ini. Macron mengatakan, kebakaran hutan Amazon menjadi persoalan mendesak yang harus dibahas dalam KTT tersebut. Apalagi, hutan Amazon menyumbang 20 persen oksigen dunia.

"Hutan hujan Amazon, paru-paru dunia yang menghasilkan 20 persen oksigen di planet kita. Anggota KTT G7, mari kita bahas bencana darurat ini di urutan teratas selama dua hari," kata Macron. 

Pernyataan Macron mendapatkan reaksi keras dari Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Dia menuding Macron menggunakan masalah domestik Brasil untuk mengambil keuntungan politik secara pribadi. 

“Saya kecewa bahwa Presiden Macron berusaha mengambil keuntungan dari apa yang merupakan masalah domestik Brasil dan negara-negara Amazon lainnya untuk keuntungan politik pribadi,” ujar Bolsonaro.

Bolsonaro juga melayangkan kritik terhadap Macron yang akan membahas kebakaran hutan Amazon dalam KTT G7. Konferensi tersebut akan diikuti oleh tujuh negara yang memiliki kekuatan ekonomi terbesar dunia yakni Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Inggris, dan Amerika Serikat. Menurut Bolosnaro, usulan Macron untuk membahas kebakaran hutan Amazon dalam KTT G7 merupakan pola pikir kolonialis. 

"Usulan presiden Perancis agar masalah Amazon dibahas di G7 tanpa partisipasi negara-negara di kawasan itu membangkitkan pola pikir kolonialis yang salah tempat, di mana tidak tergolong dalam abad ke-21," kata Bolsonaro dalam Twitternya.

Kebakaran hutan Amazon menuai keprihatinan internasional. Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengaku prihatin atas bencana kebakaran tersebut dan dampaknya terhadap krisis iklim global.

"Di tengah-tengah krisis iklim global, kita tidak bisa menanggung lebih banyak kerusakan pada sumber utama oksigen dan keanekaragaman hayati," ujar Guterres, dilansir Guardian. 

Berdasarkan data National Institute for Space Research, Brasil telah mengalami lebih dari 72 ribu kebakaran tahun ini, di mana lebih dari separuhnya berada melanda Amazon. Jumlah tersebut meningkat 84 persen dari periode yang sama pada 2018.

Ada peningkatan tajam deforestasi selama bulan Juli, yang diikuti oleh pembakaran yang meluas pada bulan Agustus. Surat kabar lokal mengatakan petani di beberapa daerah menyelenggarakan "hari api", untuk mengambil keuntungan dari penegakan hukum yang lebih lemah oleh pihak berwenang.

Sejak Bolsonaro mengambil alih kekuasaan, badan lingkungan menegakkan lebih sedikit hukuman. Para menteri lebih banyak menaruh simpati kepada kelompok penebang pohon daripada kelompok masyarakat adat yang tinggal di hutan. Bulan lalu, kepala badan antariksa Brasil dipecat setelah presiden membantah data deforestasi resmi dari satelit. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement