Senin 02 Sep 2019 13:05 WIB

Pendemo Hong Kong Rusak Fasilitas Stasiun

Otomatis perjalanan kereta api menjadi terlambat.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Massa berkumpul di luar Bandara Hong Kong, Ahad (1/9). Operator kereta ekspres di Bandara Hong Kong menunda operasionalnya akibat aksi massa.
Foto: AP
Massa berkumpul di luar Bandara Hong Kong, Ahad (1/9). Operator kereta ekspres di Bandara Hong Kong menunda operasionalnya akibat aksi massa.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Para pengunjuk rasa pro-demokrasi Hong Kong mengepung stasiun MTR Tung Chung, Ahad (1/9). Mereka merusak jam, poster, kamera CCTV, dan menghancurkan panel kaca dengan tiang logam. Kemudian, polisi masuk dan melakukan beberapa penangkapan.

Dalam aksi terbaru, para pengunjuk rasa yang mengenakan pakaian hitam berdiri di pintu kereta, memblokade jalan di serangkaian stasiun sistem bawah tanah pada Senin pagi. Otomatis perjalanan kereta api menjadi terlambat.

Baca Juga

Associated Press melaporkan, satu orang ditangkap di stasiun MTR Lok Fu. Para pengunjuk rasa memang menyerukan pemogokan umum pada Senin (2/9), namun kota tampaknya relatif tenang dengan toko-toko yang buka, kereta beroperasi dan para pekerja berjalan ke kantor.

Banyak sekolah dasar ditutup karena peringatan topan. Mahasiswa, yang kerap memimpin protes, berencana bertukar kelas untuk demonstrasi di kemudian hari. "Tidak, tidak, kita tidak akan mogok. Di masa-masa ini, kita membutuhkan uang. Saya rasa, kita sudah punya cukup banyak masalah untuk saat ini," kata Cherry Leung (47 tahun) ketika dia menumpuk jeruk dan semangka di warungnya seperti dilansir di Channel News Asia, Senin.

Pada Ahad kemarin, ribuan pengunjuk rasa memblokir jalan dan jaringan transportasi umum ke bandara Hong Kong. Upaya mereka masih sama, yakni menarik perhatian dunia untuk memaksa Beijing memberikan otonomi yang lebih besar kepada bekas koloni Inggris, yang kembali ke pemerintahan China pada 1997.

Otoritas bandara mengatakan, sebanyak 25 penerbangan sempat dibatalkan, namun layanan transportasi sebagian besar kembali normal. Hong Kong sebagai pusat keuangan global berada di tengah-tengah krisis yang belum pernah terjadi sebelum. Sebab sebagian besar gerakan tanpa pemimpin ini telah menarik jutaan orang turun ke jalan untuk memprotes menuntut kebebasan dan menolak campur tangan dalam urusan mereka oleh Beijing.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement
Advertisement