REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberi isyarat soal kemungkinan terjadinya pertemuan antara dia dan Presiden Iran Hassan Rouhani pada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Majelis Umum yang ke-74 itu akan digelar pada 17 September.
"Tentu, segala sesuatu mungkin terjadi. Mereka (Iran) ingin bisa menyelesaikan masalahnya, dan mereka punya masalah besar," kata dia seperti dilansir dari kantor berita Turki, Anadolu Agency, Kamis (5/9).
Apalagi, menurut Trump, Iran punya kesulitan dalam hal keuangan akibat tingginya inflasi. Trump begitu percaya diri bisa mengatasi persoalan yang dihadapi Iran, dengan menyebut, "kita bisa menyelesaikannya dalam 24 jam".
Pekan lalu, Iran menolak kemungkinan perundingan antara Teheran dan Washington. Menurut Iran, pembicaraan kedua negara hanya akan dilanjutkan dengan syarat mencabut sanksi AS dan kembali ke perjanjian nuklir 2015, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama.
Rouhani pada Rabu kemarin waktu setempat, menuturkan, pihaknya akan memberi Eropa tambahan dua bulan untuk menyelamatkan perjanjian itu. Di sisi lain, pinjaman 15 miliar dolar oleh Uni Eropa tetap ada, tujuannya untuk melindungi ekonomi Iran dari sanksi AS.
Iran menuntut negara-negara Eropa yang menjadi bagian dari perjanjian 2015 itu, untuk melindungi Teheran setelah AS menarik diri dari perjanjian nuklir pada Mei 2018. Untuk melindungi kesepakatan itu, Prancis, Inggris, dan Jerman membentuk mekanisme yang membantu dan meyakinkan operator ekonomi untuk mengejar bisnis yang sah dengan Iran.