Sabtu 07 Sep 2019 10:35 WIB

Gedung Putih Pesimistis akan Hasil Negosiasi Dagang AS-Cina

Butuh waktu bertahun-tahun untuk mengakhiri konflik dagang AS-Cina.

Rep: Lintar Satria/ Red: Andri Saubani
YUAN. Petugas bank menghitung dolar AS di samping tumpukan yuan Cina di Hai'an, Provinsi Jiangsu, China, Selasa (6/8). Nilai tukar yuan Cina merosot tajam atas dolar AS sebagai akibat dari perang dagang dengan Amerika Serikat.
Foto: Chinatopix via AP
YUAN. Petugas bank menghitung dolar AS di samping tumpukan yuan Cina di Hai'an, Provinsi Jiangsu, China, Selasa (6/8). Nilai tukar yuan Cina merosot tajam atas dolar AS sebagai akibat dari perang dagang dengan Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow mengatakan, perundingan perdagangan AS dengan Cina pada September dan Oktober mendatang bertujuan untuk hasil 'jangka pendek'. Ia memperingatkan, butuh waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikan konflik perdagangan ini.

Kudlow mengakui, AS-Cina memang sudah bernegosiasi dalam isu perdagangan dan hak intelektual selama 18 bulan. Tetapi, menurutnya itu waktu yang singkat jika dilihat dari apa yang dipertaruhkan dan inginkan dalam negosiasi ini.

Baca Juga

"Ruang lingkup dan ukuran kesepakatan ini dan kepentingannya di pusat global, saya pikir 18 bulan bukan waktu yang sangat lama, yang dipertaruhkan itu sangat tinggi, kami harus mendapatkannya dengan benar, dan jika butuh waktu berdekade-dekade maka itu yang terjadi," kata Kudlow, Sabtu (7/9).

Ia tidak mau berspekulasi pembicaraan tingkat tinggi antara pejabat AS dan Cina pada awak Oktober mendatang akan menghasilkan kesepakatan atau kerangka waktu yang spesifik untuk meraihnya. Kabar tentang pertemuan tingkat tinggi ini pertama kali diungkapkan Kementerian Perdagangan Cina.

Menjadi pertemuan pertama AS-Cina sejak akhir Juli lalu. Pertemuan ini disepakati melalui sambungan telepon Wakil Perdana Menteri Liu He, Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin. Sementara, para wakil mereka akan bertemu pada pertengahan bulan September.

Ketegangan perdagangan AS-Cina menajam pada bulan Mei lalu. Saat perundingan gagal dilakukan karena Cina menarik komitmen mereka untuk mengubah Undang-undang Perlindungan Hak Intelektual, memaksa perusahaan AS memberikan teknologi mereka kepada perusahaan Cina dan memperluas akses perusahaan AS ke pasar Cina.

Sejak itu, Presiden AS Donald Trump terus meningkatkan tarif impor barang-barang Cina. Ia menaikkan tarif impor barang Cina senilai 200 miliar dolar AS dan memberlakukan atau menjadwalkan tarif baru pada hampir semua barang impor Cina yang tersisa.

Kepada Bloomberg TV, Kudlow mengatakan ia tidak mau berspekualasi. Pertemuan pada bulan September atau Oktober dapat menunda tarif baru yang menaikkan tarif impor dari 25 persen menjadi 30 persen terhadap barang Cina yang senilai 250 miliar dolar AS.

"Kami ingin ke tempat kami di bulan Mei lalu, tapi saya tidak tahu apakah itu mungkin, dan saya tidak ingin memprediksi hasilnya, ini masalah yang sulit," kata Kudlow di Gedung Putih.

Ia mengatakan, reformasi Cina tercermin dari perubahan undang-undangnya. Setiap kesepakatan, tambah Kudlow, harus memliki ketetapan untuk memastikan Cina menegakan komitmennya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement