REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata (ASITA) Riau, Dede Firmansyah, meminta Pemerintah Provinsi Riau segera melakukan penanggulangan cepat kebakaran hutan dan lahan di daerah itu. Sebab, dampak asap telah mengganggu berbagai kegiatan usaha perdagangan, jasa dan penerbangan.
"Maskapai penerbangan kini sering menunda keberangkatan atau untuk take off dari Pekanbaru karena pagi asap tebal dan sangat membahayakan bagi penerbangan," kata Dede di Pekanbaru, Kamis (12/9).
Menurut dia, beberapa hari terakhir, setiap pagi kabut dan asap cukup tebal. Akibatnya, penerbangan yang dijadwalkan berangkat pukul 06.20 WIB atau pukul 06.25 WIB justru harus ditunda dan menunggu udara lebih terang untuk lepas landas.
Ia mengatakan, kondisi ini tidak bisa dibiarkan berlarut. Selain merugikan penumpang, kondisi ini juga sangat merugikan maskapai penerbangan yang harus terbang tidak tepat waktu sehingga menimbulkan kerugian.
"Kerugian materil lainnya juga dialami oleh para pemilik usaha yang bergantung pada tingkat kunjungan wisatawan seperti hotel restoran dan rumah makan serta pedagang di pasar-pasar," katanya.
Pedagang di pasar juga mengeluhkan omzet mereka turun karena sepi pembeli. Selain itu, wisatawan juga enggan menginap di Riau karena mereka akan mencari aman dan melindungi kesehatan mereka dari dampak asap.
Kendati demikian, ia tetap berharap bencana ini segera usai dan Riau kembali ramai dikunjungi. Sebab, dengan makin banyaknya kunjungan ke Riau sektor ekonomi Riau akan tumbuh dengan baik lagi.
Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) makin pekat menyelimuti Kota Pekanbaru dan sekitarnya sehingga membuat jarak pandang sempat turun drastis. "Jarak pandang menurun drastis dari pagi pukul tujuh 1.500 meter menjadi 700 meter pada pukul sembilan akibat kabut asap," kata Staf Analisa BMKG Stasiun Pekanbaru, Bibin Sulianto di Pekanbaru, Kamis.
Kondisi asap di Pekanbaru, katanya berasal dari daerah-daerah sekitar Pekanbaru yang banyak terdapat titik api. Angin berhembus dari Tenggara dan Selatan ke Utara dengan kecepatan 10 sampai 20 km/jam. Asap di Pekanbaru banyak berasal dari kebakaran di daerah sekitar di bagian Selatan seperti dari Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu.
Bahkan, kondisi asap tersebut diperburuk asap kiriman dari provinsi tetangga seperti Jambi dan Sumatera Selatan. Karena pergerakan angin dari tenggara, kemungkinan asap juga terbawa angin dari provinsi tetangga yang ada titik panas.
Berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru, satelit Terra dan Aqua pada 06.00 WIB mendeteksi titik panas paling banyak di Provinsi Sumatera Selatan ada 437 titik dan Jambi 420 titik. Sementara itu, di Provinsi Riau terdapat 279 titik panas.