REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT – Rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menganeksasi sebagian Tepi Barat termasuk Lembah Yordan dan Laut Mati utara jika dia terpilih kembali, telah memicu kecaman berbagai negara. Rencana Netanyahu juga menyedot Palestina ke dalam kampanye politik yang hampir seluruhnya abai terhadap rakyat Palestina.
Perdana menteri berusia 69 tahun ini sebelumnya juga pernah membuat rencana serupa, namun belum secara rinci menindaklanjutinya. Rencananya yang membuat gusar dunia ini dianggap sebagai salah satu aksi kampanye Netanyahu untuk menarik pendukung sayap-kanan, yang banyak dari mereka tinggal di permukiman di Tepi Barat yang diduduki Israel.
Sementara wilayah Lembah Yordan sendiri berdiri sekitar seperempat dari Tepi Barat. Perdana menteri mengatakan, langkah aneksasi tidak jua menganeksasi satu pun warga Palestina. Seperti diketahui, warga Israel dan Palestina yang tinggal di Tepi Barat tidak memiliki hak yang sama, seperti warga Palestina yang tidak memiliki hak untuk memilih dalam pemilihan Israel.
Langkah pencaplopakan Lembah Yordan nantinya akan membentuk penyangga permanen di sepanjang perbatasan dengan Yordania. Sehingga membuat orang-orang Palestina hanya memiliki daerah kantong terisolasi yang dikelilingi oleh Israel. Juru bicara PBB memperingatkan langkah itu akan menghancurkan prospek negara Palestina bersama Israel.
Geografi Lembah Yordan membentuk tepi di timur Tepi Barat. Jaraknya sekitar 300 kilometer dari Laut Galiliea di utara sepanjang Sungai Yordan ke Laut Mati utara di Perbatasan Israel-Yordania. Israel merebut wilayah tersebut dari Yordania bersama dengan sisa Tepi Barat dan Yerusalem timur dalam Perang 1967.
Sejak itu, Israel memperluas batas-batas kota dan mendirikan sekitar 30 permukiman di Lembah Yordan, yang kini menjadi rumah bagi sekitar 65 ribu warga Palestina, dan 11 ribu pemukim, menurut kelompok Hak Asasi Manusia Israel, B'Tsalem. Sedangkan, komunitas internasional bersama dengan Palestina menganggap semua permukiman Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur adalah ilegal.
Di luar kota Jericho, Palestina dan beberapa daerah di sekitarnya, sekitar 90 persen Lembah Yordan berada di bawah kendali penuh keamanan dan pemerintahan Israel. Militer Israel mengawasi wilayah dan penduduknya di sana.
Sebagai tempat terendah di bumi, Lembah Yordan memiliki iklim unik. Wilayah itu menghasilkan buah dan sayuran sepanjang tahun. Akses ke Laut Mati dan perairannya yang kaya mineral juga menawarkan pariwisata dan banyak keuntungan lain.
"Israel berpegang teguh pada Lembah Yordan, sebab wilayah yang luas ini memiliki nilai ekonomi tinggi," ujar mantan menteri Kabinet Palestina, Sameh al-Abed. "Ini adalah keranjang makanan rakyat Palestina dan penuh dengan sumber daya alam," kata dia.
Bagi Israel, Lembah Yordan dianggap sebagai aset keamanan utama, sebab merupakan zona penyangga terhadap potensi serangan dari timur. Lembah Yordan juga menjamin garis pertahanan di sepanjang perbatasan dengan Yordania (yang menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada 1994).
Menurut rakyat Israel, kehadiran militer di sana ada sebagai kunci dari perjanjian perdamaian regional, sebab hal itu dapat membuat daerah Palestina didemiliterisasi. Namun, wilayah ini juga jarang dihuni pemukim Israel yang sebagian besar adalah petani sekuler.
Dengan demikian, ada konsensus luas di Israel, bahkan di antara orang-orang moderat, bahwa Israel harus mempertahankan beberapa kendali di wilayah tersebut berdasarkan perjanjian damai apa pun.
Pada titik terbatas sepanjang dataran pantai Israel, jarak antara Laut Mediterania dan Tepi Barat hanya 15 kilometer. Hal itu pun membuat banyak warga Israel khawatir tentang negara yang mungkin terpecah menjadi dua dalam konflik militer. Tanpa Lembah Yordan, Yerusalem juga akan dikelilingi di tiga sisi oleh tanah Palestina.