Rabu 18 Sep 2019 03:05 WIB

SDM Unggul Hanya Mimpi Jika Karhutla Masih Terjadi

Kabut asap akan merusak otak anak dan mengakibatkan gangguan kecerdasan.

Rep: Ali Mansur/ Red: Friska Yolanda
Disaster Managemen Centre (DMC) Dompet Dhuafa untuk terjun dalam membantu proses pemadaman serta memberikan masyarakat layanan bagi yang terdampak dari kabut asap.
Foto: dompet dhuafa
Disaster Managemen Centre (DMC) Dompet Dhuafa untuk terjun dalam membantu proses pemadaman serta memberikan masyarakat layanan bagi yang terdampak dari kabut asap.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI yang juga aktivitis perlindungan anak Fahira Idris menyebut anak-anak serta kelompok rentan lainnya adalah korban yang paling merasakan dampak dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Menurutnya, ibu hamil yang terpapar asap dan tidak ditangani dengan baik berpotensi melahirkan bayi stunting, cacat atau bahkan meninggal. 

"Kabut asap membahayakan paru-paru bayi yang sedang berkembang dan dapat secara permanen merusak otak bayi yang sedang berkembang. Sementara pada anak balita kabut asap bisa mengakibatkan gangguan kecerdasan," kata Fahira dalam pesan singkatnya, Selasa (17/9).

Selain itu banyak kerugian dan kesengsaraan yang harus ditanggung rakyat di beberapa daerah di Sumatera dan Kalimanatan akibat bencana kabut asap. Sementara bagi bangsa ini, jika bencana karhutla tidak tertangani dengan baik termasuk penanganan korban maka kita terancam kehilangan generasi dan SDM unggul di masa depan.

“Bangsa ini tidak akan pernah jadi bangsa unggul saat ini di masa depan jika rakyatnya terus dihantui kabut asap. Bencana ini luar biasa merusak sendi-sendi utama kehidupan bangsa ini terutama masa depan anak-anak kita yang terpapar asap,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement