REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menjalin kerjasama dengan perusahaan asal China, Qingdao Vland Biotech Group Co. Ltd. Kerja sama fokus pada penerapan teknologi enzim sebagai inovasi yang mampu mewujudkan proses produksi teknologi ramah lingkungan.
MoU langsung ditandatangani oleh Kepala BPPT Hammam Riza dan Vice President Qingdao Vland Biotech group Co. Ltd Huaming Wang di Qingdao, China, Rabu (25/9) waktu setempat.
Hammam menyampaikan bahwa penandatanganan MoU kali ini merupakan langkah untuk mememperkuat kerjasama, khususnya terkait pengembangan teknologi enzim.
"Jadi, MoU yang baru saja kami tanda tangani adalah untuk memperbaharui dan memperkuat kerja sama kami di bidang bioteknologi, terutama untuk pengembangan teknologi enzim melalui penelitian bersama dan transfer teknologi," kata Hammam, dalam siaran pers, Kamis (26/9).
Hammam menambahkan, sebagai salah satu lembaga kaji terap teknologi pemerintah, BPPT memiliki tugas mendasar untuk melakukan penilaian dan penerapan teknologi yang diwujudkan melalui inovasi dan layanan teknologi.
"Dalam melakukan tugas-tugas ini, BPPT memiliki 7 (tujuh) peran yakni teknik, intermediasi, kliring teknologi, audit teknologi, transfer teknologi, difusi, dan komersialisasi," tutur Hammam.
Untuk mencapai tujuan ini, BPPT disebutnya, harus semakin dekat dengan industri dan melakukan kerja sama timbal balik untuk menghasilkan inovasi. Hammam kemudian memaparkan bahwa industri bioteknologi besar seperti Vland Biotech memiliki peran kuat dalam bidang satu ini.
"Vland Biotech juga menjadi salah satu produsen enzim terbesar di China, sehingga BPPT telah memilih mitra yang tepat untuk pengembangan teknologi enzim," ucapnya.
Di Indonesia, banyak enzim yang digunakan dan diterapkan dalam dunia industri, seperti industri pulp dan kertas, kulit, tekstil, kimia, makanan dan pakan. Permintaan enzim industri pun tumbuh sekitar 5 - 6 persen per tahunnya dan cenderung meningkat setiap tahun, mengikuti aplikasi enzim yang semakin beragam dan lebih luas dalam dunia industri.
Sayangnya, enzim industri sebagian besar masih diimpor dari Eropa, Cina dan India. Enzim pakan menjadi konsumsi terbesar di Indonesia, konsumsinya sekitar 3.880 ton per tahun dan menyumbang sekitar Rp 270 miliar.
Lebih lanjut, Deputi Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) BPPT, Soni S. Wirawan menyebut BPPT telah mengajak industri asal Cikarang, untuk bekerjasama dengan Vland Biotech.
"Saat ini juga kami ajak industri dalam negeri, yakni PT. Pachira Distrinusa dan Vland Biotech dalam rangka membangun industri enzim. Dengan enzim pakan merupakan produk enzim pertama yang melibatkan BPPT untuk transfer teknologi untuk produksi komersial," kata Soni.
Untuk uji pasar, BPPT dan Pachira sedang melakukan pengujian demi memperoleh gambaran bisnis dalam mendukung pembentukan industri enzim.
Selain melakukan uji pasar dengan Pachira itu, ditambahkan Soni, staf BPPT pun mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan industri di pabrik enzim milik Vland Biotech pada tahun lalu.
"Saya berharap kerjasama antara BPPT, Pachira Distrinusa dan Vland Biotech dapat mempercepat kehadiran industri enzim pertama di Indonesia, untuk mendukung pencapaian kemandirian enzim nasional," kata Soni.
Perlu diketahui, kerjasama antara BPPT dan Qingdao Vland Biotech group Co. Ltd telah dimulai sejak Maret 2016 lalu. Saat itu MoU pertama ditandatangani oleh mantan Kepala BPPT Unggul Priyanto di kota yang sama di negeri tirai bambu itu.
Penguatan kerjasama melalui penandatangan MoU tersebut diharapkan mampu meningkatkan dorongan dalam melahirkan inovasi yang dapat menghela pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.