Jumat 27 Sep 2019 12:05 WIB

Keluarga Mahasiswa Wafat di Sultra Kecewa dengan Polisi

Randi meninggal akibat dampak kericuhan demonstrasi di Sultra.

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Muhammad Hafil
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Sunanto melayat almarhum Randi sambil menunggu proses otopsi di Rumah Sakit Abu Nawas Kendari, Kamis (26/9).
Foto: dok. PP Pemuda Muhammadiyah
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Sunanto melayat almarhum Randi sambil menunggu proses otopsi di Rumah Sakit Abu Nawas Kendari, Kamis (26/9).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- Jenazah almarhum Randi,  seorang mahasiswa yang meninggal dunia akibat kericuhan saat demonstrasi di Kompleks DPR Sulawesi Tenggara (Sultra) dimakamkan pada Jumat (27/9) siang. Pihak keluarga menyatakan kecewa dan tidak terima dengan penanganan kepolisian. 

Paman almarhum, Zainal Saputra, mengatakan saat ini pihak keluarga masif fokus kepada proses pemakaman. "Akan dimakamkan siang ini setelah shalat Jumat," ujar Zainal saat dihubungi Republika, Jumat.  

Baca Juga

Zainal yang mengaku dekat dengan Randi mengungkapkan pihak keluarga sebenarnya tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh pihak kepolisian terkait kasus ini. "Tadi, saat jenazah tiba di rumah duka, orangtua Randy sempat berteriak, 'Mana polisi yang bunuh anakku?, ' " lanjut Zainal. 

Terkait dengan hasil visum yang sudah keluar, menurut Zainal saat ini masih belum secara lengkap dipahami oleh pihak keluarga. Namun, keluarga akan berunding dahulu untuk menentukan langkah apa yang akan diambil setelah ini.  

"Tapi kami semua masih mempercayakan kepada kawan-kawan dan keluarga besar mahasiswa di Kendari, yang kabarnya akan menangani masalah ini degan tuntas," tegasnya. 

Lebih lanjut, Zainal menceritakan keseharian Randi.  Almarhum berusia 21 tahun tersebut selama ini dikenal sebagai anak yang rajin dan juga rajin berorganisasi. 

Selain tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (IMM), Randi pun baru saja dibantik menjadi Ketua Himpunan Pemuda Mahasiswa di Kampusya, yakni Universitas Haluoleo, Kendari.  Randi merupakan mahasiswa angkatan 2016 yang saat ini sedang menempuh skripsi. 

Zainal lantas terisak saat menceritakan bahwa Randy juga merupakan tulang punggung yang membantu ekonomi keluarga. Menurut Zainal, Randi adalah anak tengah dari tiga bersudara. 

Ketiga saudara ini sama-sama sedang menempuh pendidikan tinggi.  Untuk meringankan beban orangtuanya yang bekerja sebagai pelaut, Randi bekerja sampingan sebagai buruh bangunan. 

Zainal mengungkapkan pekerjaan sampingan ini dilakoni Randy saat libur kuliah. "Randi kerja saat masa libur, sebagai kuli bangunan.  Dia kemarin ada proyek sama teman-temannya di Bandara Haluoleo.  Baru saja terima gaji Rp 4 juta itu," tambah Zainal.  

Sebelumnya, Demonstrasi menolak RKUHP dan sejumlah RUU di Kompleks DPRD Sultra, Kota Kendari berakhir ricuh. Salah satu mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Haluoleo bernama Randi meninggal dunia akibat kericuhan itu.  Randi sempat dilarikan ke rumah sakit sebelum akhirnya meninggal dunia. 

Selain itu, salah seorang mahasiswa asal Universitas Haluoleo lainnya yang sempat kritis akibat terluka saat kericuhan dalam demonstrasi yang sama, Muhammad Yusuf Fardawi  akhirnya meninggal dunia pada Jumat dinihari.  Dengan wafatnya Randi dan Yusuf, maka korban jiwa akibat kericuhan demonstrasi di Sultra bertambah menjadi dua orang.  

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement