Selasa 01 Oct 2019 17:07 WIB

BNPB: Kembalikan Lahan Gambut ke Kodratnya

Pengembalian gambut ke kodratnya guna mencegah bencana kebakaran hutan.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo (kanan)
Foto: Antara/Izaac Mulyawan
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo menekankan pentingnya mengembalikan lahan gambut ke kodratnya. Hal itu guna mencegah bencana kebakaran hutan dan lahan berulang.

"Kembalikan gambut sebagaimana kodratnya, yaitu basah, berair, dan berawa," katanya dalam siaran pers BNPB pada Selasa (1/10), bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila.

Baca Juga

Ia mengatakan gambut yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang setengah membusuk merupakan batu bara muda. Jika mengering maka gambut tersebut akan sangat mudah terbakar dan sulit dipadamkan.

Pemadaman kebakaran yang terjadi di lahan gambut yang kering dengan kedalaman beragam sampai 30 meter, menurut dia, sangat sulit. "Baik oleh personel darat, pengeboman air, bahkan dengan hujan buatan," katanya.

Cara yang paling baik untuk mencegah kebakaran lahan gambut berulang, menurut dia, adalah memulihkan ekosistem lahan gambut, termasuk mengembalikan lahan gambut menjadi lahan yang basah, berair, dan berawa.

Menurut data BNPB, luas area hutan dan lahan yang terbakar dari awal tahun hingga Agustus 2019 total 328.724 hektare yang meliputi 239.161 hektare lahan mineral dan 89.563 hektare lahan gambut. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat area hutan dan lahan yang terbakar paling luas di Nusa Tenggara Timur.

Kebakaran hutan dan lahan di wilayah itu, menurut Doni, berbeda dengan yang terjadi di enam provinsi lainseperti Sumatra Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan, yang utamanya terjadi di lahan gambut sehingga sulit dipadamkan dan memunculkan kabut asap.

Data citra satelit Lapan dalam 24 jam terakhir menunjukkan 697 titik panas indikasi awal kebakaran hutan dan lahan tersebardi wilayah SumateraSelatan (106), Jambi (46), Kalimantan Selatan (148), danKalimantan Tengah (65). Titik panas tidak terdeteksi di wilayah Riau dan Kalimantan Barat.

Hingga saat ini, 29.039 personel telah diturunkan untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan. Sebanyak 45 helikopter juga sudah dikerahkan untuk melakukan patroli dan pengeboman air. Selain itu, BPPT dan TNI sudah menebar228 ton garam untuk memicu hujan melalui penerapan teknologi modifikasi cuaca.

Doni mengapresiasi peran TNI, Polri, KLHK, BMKG, BPPT, Manggala Agni, BPBD, warga, dan sukarelawan yang terlibat dalam upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan. "Mereka yang memadamkan api adalah para pejuang kemanusiaan," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement