REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Hasil karyanya dalam bidang filsafat juga memiliki pengaruh yang mendalam terhadap filsafat Islam klasik dan filsafat modern Barat. Karyanya telah turut menggerakkan kaum intelektual Eropa untuk melakukan gerakan pencerahan.
Pemikiran Ibnu Tufail telah mencerahkan sejumlah ilmuwan penting Eropa, seperti Thomas Hobbes, John Locke, Isaac Newton, dan Immanuel Kant. Buku filsafat yang ditulisnya diterjemahkan dalam bahasa Latin, Philosophus Autodidactus, pertama kali beredar di Barat tahun 1671.
Buku itu dialihbahasakan oleh Edward Pococke. Terjemahan bahasa Inggrisnya pertama kali ditulis oleh Simon Ockley dan dipublikasikan pada 1708. Novelnya pun diterjemahkan ke da lam bahasa Latin dan Inggris.
Novel terjemahan itu kemudian menginspirasikan Daniel Defoe untuk menulis Robinson Crusoe, yang juga menceritakan gurun pasir, dan novel pertama dalam bahasa Inggris. Novel ini juga terinspirasi dari konsep tabula rasa yang dikembangkan dalam An Essay mengenai Human Understanding (1690) oleh John Locke, seorang mahasiswa Pococke.
Ibnu Tufail meninggal dunia pada tahun 1185 M di Maroko. Hingga kini, namanya tetap abadi lewat karya tulis yang dihasilkannya. Dunia Barat tetap menghormati dan mengaguminya sebagai seorang ilmuwan hebat. Sayangnya, justru peradaban Islam yang kerap melupakan jasa-jasa ilmuwan Muslim di era keemasannya.
Peradaban Islam modern lebih takjub pada ilmuwan-ilmuwan Barat yang se jatinya belajar dari ilmuwan Muslim. Tak heran jika generasi muda Muslim lebih mengetahui ilmuwan Barat dibandingkan ilmuwan Islam. Sosok Ibnu Tufail sangat penting untuk dikaji dan di perkenalkan kepada generasi muda Islam. Sehingga, mereka bisa bangga dan meniru jejak perjuangannya.