Jumat 04 Oct 2019 10:04 WIB

Empat Polisi Tewas Ditikam di Markasnya di Paris

Insiden ini merupakan serangan bersenjata paling mematikan terhadap polisi di Prancis

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Polisi bersenjata dan tentara berjaga setelah penikaman polisi di markas polisi di Paris, Kamis (3/10). Insiden itu menewaskan empat polisi.
Foto: AP Photo/Kamil Zihnioglu
Polisi bersenjata dan tentara berjaga setelah penikaman polisi di markas polisi di Paris, Kamis (3/10). Insiden itu menewaskan empat polisi.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS - Seorang pria bersenjata tajam yang bekerja di markas polisi Paris menikam empat karyawan hingga tewas, Kamis (3/10) waktu setempat. Setelah menikam para karyawan, tersangka kemudian ditembak mati.

Korban tertikam kelima mengalami luka serius dan dirawat di rumah sakit. Insiden ini merupakan serangan orang bersenjata paling mematikan terhadap polisi di Prancis selama bertahun-tahun. Polisi juga masih menyelidiki insiden yang motifnya masih belum jelas ini.

Baca Juga

Sumber yang dekat dengan penyelidikan mengatakan, pria tersebut merupakan seorang pekerja IT berusia 45 tahun di departemen intelijen polisi. Dia diketahui masuk agama Islam 18 bulan lalu.

Dilansir di Channel News Asia, Jumat (4/10), pelaku menikam tiga perwira polisi pria dan seorang asisten wanita sebelum dia ditembak di halaman bangunan batu di samping katedral Notre-Dame di jantung kota bersejarah Paris. Dia lahir di wilayah Karibia Prancis, Martinique, dan telah bekerja untuk polisi sejak 2003. Dia memiliki kesulitan pendengaran.

Usai insiden tersebut, polisi menggeledah rumahnya di permukiman yang sunyi di Gonesse, pinggiran kota berpenghasilan rendah di utara Paris. Polisi juga menahan istrinya. Menteri Dalam Negeri Christophe Castaner mengatakan penyerang tidak pernah menunjukkan masalah perilaku.

"Polisi sangat terpukul oleh insiden yang sangat mengerikan ini," kata Castaner, yang menunda perjalanan yang direncanakan ke Yunani dan Turki untuk mengunjungi tempat kejadian bersama Presiden Emmanuel Macron.

Hadir di pertemuan publik kemudian di kota selatan Rodez, Macron menyebut serangan itu benar-benar tragedi. Penyerang menggunakan pisau dapur untuk menikam ketiga polisi di kantor mereka sebelum menyerang karyawan wanita di tangga. Menurut sumber kepolisian, di halaman, dia diadang oleh seorang perwira yang memerintahkannya untuk menjatuhkan pisau. Ketika dia menolak, petugas polisi kemudian menembak kepalanya.

Gedung polisi ditutup setelah serangan di pusat bersejarah Paris, dekat katedral Notre-Dame. Belasan polisi dan kendaraan darurat berkumpul di tempat kejadian.

"Orang-orang berlarian, ada yang menangis di mana-mana. Saya mendengar suara tembakan. Beberapa saat kemudian, saya melihat petugas polisi menangis. Mereka panik," kata Emery Siamandi, seorang penerjemah yang ada di gedung ketika serangan itu terjadi.

Laporan awal mengatakan para penyelidik yakin perselisihan di tempat kerja bisa memicu insiden itu. "Apakah dia membentak atau ada alasan lain? Masih terlalu dini untuk mengatakannya," ujar kepala persatuan Polisi Aliansi untuk wilayah Paris Loic Travers kepada televisi BFM.

Pembunuhan Kamis terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di dalam jajaran kepolisian setelah setahun berusaha menahan demonstrasi  rompi kuning anti-Macron. Ribuan petugas polisi berkumpul di Paris pada Rabu demi kondisi kerja yang lebih baik, sebuah protes langka yang terjadi dengan latar belakang lonjakan bunuh diri polisi.

Meski demikian, polisi juga telah menjadi sasaran berulang kelompok-kelompok militan, seperti ISIS, di balik gelombang serangan di Prancis sejak 2015. Mulai dari serangan besar yang disinkronkan hingga serangan pisau dan senjata yang terisolasi.

Pada Januari 2015, dua petugas polisi termasuk di antara 12 orang yang tewas ketika orang-orang bersenjata menyerbu kantor mingguan satir Charlie Hebdo di Paris. Sehari kemudian, seorang polisi wanita ditembak mati di Paris selatan.

Pada Juni 2016, petugas polisi ditikam hingga meninggal di rumahnya di pinggiran barat Paris oleh seorang pria yang mengaku setia kepada ISIS. Pria itu menyiarkan serangan itu langsung di Facebook. Pada April 2017, seorang pria menembaki sebuah mobil polisi di Champs-Elysees di Paris sehingga menewaskan seorang perwira polisi dan melukai dua lainnya bersama seorang pejalan kaki.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement