REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank) melansir kota-kota yang tergabung pada organisasi ADB dengan tingkat kemacetan lalu lintas yang parah. Kota Bandung salah satunya berada di urutan ke-14 kota macet mengalahkan kemacetan di Jakarta dan Surabaya.
Anggota DPRD Kota Bandung, Rendiana Awangga menilai ketersediaan transportasi umum yang baik masih kurang di Kota Bandung. Akibatnya, harapan masyarakat bisa beralih dari transportasi pribadi ke umum belum berjalan.
"Berbicara kemacetan banyak faktor, mulai kedisiplinan pengendara, kurangnya volume jalan dibandingkan jumlah kendaraan, parkir liar, satuan ruang parkir yg minim di lokasi tujuan. Akan tetapi yang paling utama kurangnya ketersediaan transportasi yang baik," ujarnya dihubungi, Senin (7/10).
Kemacetan di Kota Bandung merupakan keluhan masyarakat Kota Bandung maupun wisatawan. Menurutnya, hasil yang dilansir ADB memperlihatkan bahwa pemerintah Kota Bandung masih minim dan belum signifikan menanggulangi permasalahan kemacetan.
Ia mengatakan, Pemkot Bandung perlu segera merevitalisasi tranportasi umum di Kota Bandung. Termasuk gagasan soal LRT, cable car, penambahan koridor TMB yang harus dikejar dan difokuskan. Di samping mengatur dan memperbaiki angkutan umum yang sudah ada.
Tidak hanya itu, Rendiana mengusulkan agar pemkot harus bisa kreatif dalam urusan pembiayaan. Sebab pembangunan infrastruktur transportasi jika hanya mengandalkan APBD sangat terbatas. Oleh karena itu diperlukan alternatif pembiayaan dari pusat atau pun kerjasama dengan swasta.