REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Komunitas Muslim di Eropa menghadapi teror jenis baru yang berakar pada rasisme anti Islam dan supremasi ideologi putih. Hal ini didasari laporan Islamophobia di Eropa.
Tercatat, gerakan sayap kanan, nasionalis dan populis mulai meningkatkan pengaruh di sepanjang Eropa. Saat mereka mendapat kekuasaan maka minoritas Muslim mendapat perlakuan tak mengenakan. Hal ini terjadi di Italia, Austria, Hungaria dan Polandia sejak 2018 dan mengarah pada kekerasan pada Muslim.
"Akhirnya, xenophobic dan iklim anti Islam yang dipancing oleh pemerintahan sayap kanan mengarahkan serangan fisik dan teror pada Muslim," tulis laporan itu dilansir dari thenational pada Jumat, (10/10).
Bahkan di negara dimana kelompok itu tak mendapat kekuasaan, gerakan sayap kanan terus menekan Muslim. Mereka berusaha menerapkan ideologi agar Islamophobia terus menguat.
"Partai di ideologi tengah-tengah tak mampu melawan wacana partai sayap kanan dan bahkan terjebak menerapkan kebijakan seperti mereka. Contohnya pembatasan imigran,".
Kasus Islamophobia di Austria saja sudah naik hingga 74 persen sepanjang 2018. Di Prancis, kebijakan anti teror malah seolah membuat polisi serupa militer.
"Kebijakan di Prancis itu merusak hak-hak dasar masyarakat,".
Italia juga menjadi negara dengan tingkat intoleransi pada Muslim yang terus melonjak. Ujaran kebencian di media sosial juga naik tiga kali lipat di tahun 2018 dari 2017.
Laporan tersebut menekankan perlunya kebijakan anti rasisme pada Muslim. Harapannya parlemen di Erop dapag mengadopsi resolusi untuk melawan Islamophobia. Diharapkan juga ada jalinan komunikasi yang baik antara komunitas Muslim dengan gerakan sayap kanan ekstrem.