REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Polisi Hong Kong mendapatkan luka akibat irisan benda tajam di leher dalam unjuk rasa, Ahad (13/10). Luka tersebut didapatkan dari serangan seorang demonstran dalam kekacauan mengamankan unjuk rasa yang berjalan panas.
Kerusuhan akhir pekan membuat para demosntran melemparkan bom molotov. Polisi membalas dengan gas air mata dan peluru karet. Kekerasan semakin meluas ketika pemerintah Hong Kong terlihat membiarkan kondisi tersebut terus terjadi.
Demonstrasi yang awalnya direncanakan berjalan damai berujung menjadi kacau ketika aktivis dan polisi bentrok di pusat keuangan Asia, Ahad. Dalam salah satu insiden terburuk, seorang petugas diiris lehernya oleh seorang pengunjuk rasa dan dibawa ke rumah sakit. Laporan Bloomberg menyatakan, polisi memberikan keterangan, petugas tersebut menderita luka leher setelah diserang dengan benda tajam di stasiun kereta bawah tanah.
Selain itu, demonstran di distrik New Territories Tseung Kwan O pun menyerang dua petugas keamanan berpakaian preman. Pengunjuk rasa yang tidak diketahui identitasnya itu memukul berulang kali dengan benda-benda keras di area kepala. Petugas tersebut pun telah dibawa ke rumah sakit dengan cedera kepala.
Para pemrotes melemparkan lebih dari 20 bom bensin ke sebuah kantor polisi di distrik Mong Kok di seberang pelabuhan di Kowloon. Mereka merusak stasiun-stasiun metro serta bisnis-bisnis milik China atau yang dianggap pro-China.
Demonstran kembali menargetkan operator kereta api MTR Corp karena mengikuti permintaan pemerintah Hong Kong dan polisi untuk menutup beberapa layanan lebih awal. Jaringan kereta api itu kembali beroperasi pada Senin.
Pekerjaan pemeliharaan sedang berlangsung di beberapa stasiun yang telah dirusak. Semua layanan kereta dijadwalkan berhenti untuk pemeliharaan pada pukul 22.00, Senin, kecuali Airport Express Line.
Pemimpin Hong Kong Carrie Lam akan menyampaikan Pidato Kebijakan tahunan pada Rabu di tengah tekanan mengembalikan kepercayaan pada pemerintah. Hong Kong kini menghadapi krisis politik terbesar dalam beberapa dekade terakhir.
"Semua orang dapat melihat dari laporan media pengunjuk rasa melakukan tindakan kekerasan dan vandalistik pada banyak kesempatan di Hong Kong dalam beberapa bulan terakhir," ujar Lam.
Pernyataan itu muncul setelah Senator Amerika Serikat Ted Cruz mengatakan belum melihat tindakan kekerasan dari pengunjuk rasa. Dia pun mengatakan, Lam telah membatalkan pertemuan dengannya.
Lam tidak memberikan alasan pembatalan sepihak itu, hanya saja kantor Lam telah meminta pertemuan itu dirahasiakan. Pemerintah Hong Kong mengatakan pertemuan itu dibatalkan karena Lam memiliki komitmen lain.