Kamis 17 Oct 2019 04:04 WIB

Mengenal Kemajuan Teknologi Pertanian di Dunia Islam

Sektor pertanian yang berkembang masa peradaban Islam tak sekadar mengolah lahan.

Red: Agung Sasongko
Noria (kincir air) Albolafia di Sungai Guadalquivir, Cordoba, Spanyol, merupakan salah satu warisan prestise umat Islam.
Foto: http://cliophoto.clionautes.org
Noria (kincir air) Albolafia di Sungai Guadalquivir, Cordoba, Spanyol, merupakan salah satu warisan prestise umat Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor pertanian yang berkembang pada masa kekuasaan Islam tak sekadar mengolah lahan. Para petani dan ilmuwan Muslim berhasil menghadirkan berbagai inovasi yang bertujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman pangan. Kemajuan sains terbukti sangat mendukung bidang pertanian di negara-negara Islam.

Para ilmuwan Muslim mengenalkan sistem pengolahan lahan yang lebih modern. Beberapa di antaranya adalah penggunaan saluran irigasi, kincir air, ataupun cara tanam. Terdapat beberapa disiplin ilmu yang memberikan kontribusi, antara lain astronomi, botani, agronomi, klimatologi, hidrologi, ekologi, ataupun ekonomi.

Singkat kata, hampir tidak ada satu aspek pun dalam pertanian yang tidak dirambah oleh ilmu pengetahuan. Praktik pertanian pun menjadi industri besar serta menopang kemakmuran. Masa itu lantas dikenal sebagai periode revolusi hijau atau revolusi pertanian.

Umat Muslim mewujudkannya dengan mengembangkan metode pertanian yang paling maju pada zamannya. Dengan pengetahuan pra dan pascatanam yang dimilikinya, para petani Muslim berkemampuan baik dalam membuka lahan dan membudidayakan tanaman buah dan sayuran.