Selasa 22 Oct 2019 12:11 WIB

Greenpeace: Indonesia Salah Satu Wilayah Hutan Hujan Tersisa

Deforestasi dan kebakaran hutan salah satu sumber emisi karbon terbesar Indonesia.

Satgas Karhutla Riau melakukan pemadaman kebakaran lahan gambut di Desa Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar, Riau.
Foto: Rony Muharrman/ANTARA FOTO
Satgas Karhutla Riau melakukan pemadaman kebakaran lahan gambut di Desa Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar, Riau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Country Director Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak mengatakan Indonesia merupakan salah satu dari tiga wilayah di dunia yang tersisa yang masih memiliki hutan hujan tropis. "Yang menjadi ironi, Indonesia adalah penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, sementara sumber deforestasi terbesar di Indonesia adalah industri sawit," kata Leonard saat rapat dengar pendapat umum dengan Komite II DPD di Gedung B DPD, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/10).

Leonard mengatakan, selain deforestasi, permasalahan lain yang dihadapi Indonesia adalah kebakaran hutan dan lahan. Salah satu tahun dengan kejadian kebakaran hutan dan lahan terparah yang dialami Indonesia terjadi di 2015, di mana praktik pembakaran hutan dalam konsesi perkebunan kelapa sawit masih marak.

Baca Juga

Menurut Leonard, deforestasi dan kebakaran hutan merupakan salah satu sumber emisi karbon terbesar Indonesia. Tanpa penghentian deforestasi dan kebakaran hutan, Indonesia tidak akan bisa memenuhi komitmen penurunan emisi karbon.

"Selama ini ada tuduhan Greenpeace antisawit. Sebenarnya bukan antisawit, melainkan antideforestasi. Namun, ada hubungan sebab akibat antara deforestasi dengan sawit," katanya.

Leonard bersama Manajer Kajian Kebijakan Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Boy Jerry Even Sembiring menjadi salah satu narasumber pada Rapat Dengar Pendapat Umum Komite II DPD tentang penyusunan hasil pengawasan DPD atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pelindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Wakil Ketua Komite II Abdullah Puteh yang memimpin rapat dengar pendapat umum mengatakan acara tersebut untuk mendengarkan aspirasi dan pandangan dari berbagai pemangku kepentingan tentang Undang-Undang Pelindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Selain menyampaikan tentang masalah deforestasi, Leonard juga menyampaikan tentang kualitas udara dan polusi Jakarta, pembangkit listrik dan energi yang terbarukan, permasalahan sampah, polusi plastik di lautan, pencemaran minyak, dan bencana iklim.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement