REPUBLIKA.CO.ID, BARISHA -- Tengah malam di Suriah barat laut, di tengah-tengah pohon zaitun, Abu Ahmad mendengar tentara berbicara bahasa asing menyerang rumah tetangga sebelahnya. Tetangga yang selama ini jarang berinteraksi tiba-tiba saja kedatangan tamu tidak diundang.
Pria berusia 55 tahun itu mengatakan, telah berulang kali mencoba menjalin pertemanan dan usaha itu selalu gagal. Dia hanya ingin mengenal tetangganya di desa Barisha, provinsi Idlib itu.
"Kami tidak pernah berinteraksi apa pun dengan pria ini kecuali memberi salam," kata Abu Ahmad tentang tetangganya yang misterius, yang mengaku sebagai pedagang dari provinsi Aleppo, dilansir di Channel News Asia, Senin (28/10).
Abu Ahmad mengatakan tetangganya biasa pergi pagi-pagi sekali dan kembali larut malam. Dia tidak pernah melihat wanita atau anak-anak di rumah, serta tidak pernah mengenal penghuninya.
"Kami dulu mengundangnya ke rumah kami, tetapi dia tidak akan pernah datang," kata Abu Ahmad yang telah tinggal di Barisha selama dua tahun terakhir.
Abu Ahmad berjarak beberapa belas meter ketika melihat pasukan penyerang. Suara letusan tembakan terdengar ketika ketika pesawat-pesawat tempur berada di udara.
Seseorang yang berbicara dalam bahasa Arab meminta tetangganya, yang disebut bernama Abu Mohammad, menyerahkan diri sebelum pasukan masuk. Dia memperkirakan, operasi berlangsung selama hampir tiga jam.
Setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan operasi khusus AS membunuh pemimpin militan ISIS Abu Bakar al-Baghdadi di desa itu pada Ahad (27/10), Abu Ahmad menjadi bertanya-tanya tentang siapa yang ditampung tetangganya. Dia sama sekali tidak mengetahui sosok yang selama ini tersembunyi di dalamnya.
Warga lain, yang mengenalkan dirinya sebagai Ahmed Mohammad, mengatakan dia tinggal setengah kilometer jauhnya dari rumah yang dituju. Dia adalah penyedia internet untuk Abu Mohammad dan mengunjungi rumahnya secara teratur untuk memperbaiki masalah koneksi.
"Saya kenal pria ini secara pribadi selama dua tahun. Dia adalah pedagang," katanya.
Seorang warga lain di daerah itu bernama Abdel Hameed mengatakan, langsung bergegas ke tempat serangan setelah mendengar suara helikopter, tembakan, dan ledakan.
Serangan tersebut menghantam rumah dan kendaraan yang kebetulan melewati daerah itu pada saat penyergapan. Pria berusia 23 tahun ini mengatakan, ada enam mayat tidak dikenal di dalam rumah dan dua lainnya di dalam kendaraan.
Mayat lelaki yang dikenal sebagai Abu Mohammad itu tidak ditinggalkan di antara mayat-mayat lainnya. "Beberapa warga mengatakan dia dibawa bersama dengan orang lain," kata Hameed.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan, sekitar tengah malam, helikopter milik pasukan AS menurunkan pasukan di Barisha, wilayah kelompok-kelompok yang terkait dengan ISIS berada. Helikopter menargetkan rumah dan mobil di luar desa Barisha. Pasukan AS disebut bergantung pada sumber-sumber dari Suriah untuk informasinya.
Trump menyatakan, operasi itu menewaskan sembilan orang, termasuk al-Baghdadi. Peristiwa itu terjadi sekitar lima kilometer dari perbatasan Turki dan dekat dengan salah satu penyeberangan perbatasan utama.
Setelah peristiwa di tengah malam, rumah yang menjadi target penyerbuan benar-benar rata pada pagi harinya. Hanya terdapat puing-puing yang tersisa dari kejadian yang sekejap itu.
Kerangka sepeda motor tergeletak di reruntuhan, roda depannya terbakar hingga ke jeruji dan sisa kabel listrik terjerat pada bagiannya. Pakaian berwarna merah muda penuh debu terlihat tersangkut di tengah reruntuhan.
Wilayah itu dipegang oleh oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), aliansi ekstremis yang mendominasi sebagian besar Idlib yang dipimpin oleh bekas afiliasi Alqaidah Suriah. Para jurnalis secara singkat diizinkan mengambil gambar di situs tersebut.