Kamis 21 Nov 2019 21:49 WIB

Ini Kata Deputi BKKBN Soal Bonus Demografi

Bonus demografi diharapkan hasilkan karya dan kinerja yang produktif.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Maman Sudiaman
Demografi Penduduk (ilustrasi)
Foto: Antara
Demografi Penduduk (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO -- Mengacu data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) saat ini terdapat 63 juta milenial berada di usia produktif. Angka tersebut menandakan Bonus Demografi sedang dinikmati Bangsa Indonesia. Hanya saja, kata Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN, M Yani, bonus demografi akan dapat dimanfaatkan secara maksimal apabila penduduk usia produktifnya berkualitas.

Dengan demikian, katanya lagi, diharapkan bonus demograafi benar-benar menghasilkan karya dan kinerja yang produktif pula." Begitu pentingnya agar kita tidak melewatkan Bonus Demografi ini sehingga dapat menjadi jendela kesempatan (window of opportunity) bukannya window of disaster," ujarnya Yani dalam siaran persnya, Kamis (21/11).

Yani menyatakan hal tersebut saat memberikan kuliah umum di Auditorium Moh Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (21/11). Kuliah umum tersebut mengangkat tema "Meningkatkan Kualitas Penduduk dalam Pemanfaatan Bonus Demografi di Era Revolusi Industri 4.0".

M Yani menyatakan, tantangan yang harus dihadapi tidak ringan. Realitanya, permasalahan remaja begitu kompleks, baik mengenai tingkat pendidikan yang masih cukup rendah, perilaku hidup yang tidak sehat, seks pranikah, pernikahan usia muda, rokok dan penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, menunjukkan 59 persen remaja wanita dan 74 persen pria melakukan seks pranikah di usia 15-19 tahun, 7 persen wanita 15-19 tahun telah menjadi ibu, serta 55 persen remaja pria merokok. Semua hal tersebut dapat mengeluarkan para remaja dari jalur menuju cita-citanya.

"Oleh karenanya, melalui implementasi pendidikan kependudukan, generasi muda dapat diarahkan pada kesadaran bahwa dirinya merupakan elemen penting dalam pembangunan bangsa yang diharapkan dapat berkontribusi nyata," imbuh M Yani.

Dalam pendidikan kependudukan di sekolah formal, lanjutnya, peran guru sangat dominan dalam memberikan motivasi kepada para siswa. Sedangkan melalui jalur pendidikan nonformal dan informal, figur terdekat yang menjadi panutan. Bagi generasi muda, panutan atau figur yang paling efektif untuk menyampaikan gagasan mengenai pendidikan kependudukan adalah teman sebaya.

Menyinggung tentang Revolusi Industri 4.0 yang kini dihadapi, BKKBN menilai penanaman karakter menjadi kunci keberhasilan di era digital ini. Masifnya penggunaan gawai dan media sosial menjadi hal yang cukup riskan dihadapi remaja setiap harinya. Ditambah lagi banyaknya hoaks yang dapat mengacaukan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

photo
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KS-PK) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Muhammad Yani

Kuliah umum tersebut diharapakan dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat terutama mahasiswa tentang masalah kependudukan dan bonus demografi. "Melalui pengetahuan diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku setiap orang dan keluarga untuk sadar kependudukan yaitu membentuk keluarga kecil berkualitas, menyiapkan generasi penerus, menyiapkan hari tua, memperhatikan lingkungan dan daya dukung alam untuk kehidupan," pungkasnya.

Kegiatan tersebut diikuti oleh 350 orang yang terdiri dari 300 mahasiswa dan 50 orang akademisi di lingkungan UMS. Selain kuliah umum, juga dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah dengan UMS. BKKBN berharap kerja sama tersebut akan menjadikan UMS sebagai Perguruan Tinggi Peduli Kependudukan (PTPK).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement