REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pasukan keamanan menggunakan peluru tajam dan gas air mata untuk membubarkan massa di selatan Irak. Hal itu menyebabkan 13 orang tewas dan puluhan orang terluka.
Sejak Oktober lalu pengunjuk rasa anti-pemerintah turun ke jalan di seluruh Irak. Mereka menuntut agar pemerintah yang korup turun dan peningkatan layanan publik.
Pada Senin (25/11) Voice of America melaporkan di Basra ada tujuh orang yang tewas. Salah satu petugas keamanan mengatakan itu adalah 'salah satu hari terburuk' selama unjuk rasa berlangsung.
Empat orang lainnya tewas di Provinsi Nassiriya. Kantor berita Irak melaporkan ada satu orang yang tewas di Provinsi Najaf dan Diwanieh.
Pada Ahad (24/11) sumber rumah sakit dan keamanan Irak mengatakan dua orang tewas dalam hari ketiga bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi di pusat Baghdad.
Para sumber mengatakan dua pengunjuk rasa terkena tembakan peluru karet dan tewas seketika.
AP melaporkan sebanyak 20 orang lainnya terluka dalam bentrok yang terjadi di Rasheed Street. Jalanan yang terkenal dengan arsitektur klasik itu sekarang dipenuhi sisa-sisa bentrokan.
Para sumber tidak menyebutkan nama mereka karena peraturan. Setidaknya 324 pengunjuk rasa tewas dalam unjuk rasa yang dimulai sejak 1 Oktober lalu.
Ribuan rakyat Irak turun ke jalan untuk menentang korupsi dan buruknya layanan publik walaupun Irak negara yang kaya minyak. Sementara itu Parlemen Irak gagal menggelar rapat karena sedikitnya anggota parlemen yang hadir.
Para anggota parlemen harusnya membacakan undang-undang reformasi baru untuk menenangkan pengunjuk rasa. Sesi selanjutnya akan dimulai pada Senin ini.
Bentrokan yang terjadi di pusat Rasheed Street di mulai pada hari Kamis (21/11). Para pengunjuk rasa berusaha untuk membongkar barikade yang dibangun oleh pasukan keamanan yang mengarah ke Jembatan Ahrar di Sungai Tigris. Pasukan keamanan merespons upaya pengunjuk rasa dengan rentetan gas air mata dan peluru tajam.
Kekerasan sempat berhenti pada Jumat (22/11) sore dan kembali terjadi pada malam harinya. Pasukan keamanan melepaskan tembakan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan massa.
Pengunjuk rasa menduduki sebagian tiga jembatan yakni Ahrar, Jumhuriya, dan Sinak. Jembatan-jembatan itu mengarah ke Zona Hijau yakni wilayah yang berisi gedung-gedung pemerintah dan misi-misi diplomatik.